" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Sesuai kesepakatan Liora dan Arga akan pulang dari kantor bersama setelah suasana kantor sepi, karena Liora masih ingin merahasiakan hubungan keduanya.
Bukan... Bukan karena malu, hanya saja kejadian yang begitu cepat diluar prediksi dan tentu tidak ingin di cap buruk sehingga untuk sementara waktu hubungan keduanya dirahasiakan.
Saat menunggu Liora yang masih sibuk dengan pekerjaannya sejak siang hari, perasaan Arga sedikit kesal. Arga tahu jika Ezra memiliki perasaan kepada Liora, meskipun sang kekasih tidak memberikan harapan namun tetap saja interaksi mereka dalam bekerja membuat rasa cemburunya kembali hidup.
" Hidup tuh selucu ini ternyata, dulu sempat merasa terpuruk bahkan ingin menyerah namun ternyata semesta memiliki rencana indah dan bahkan kini kami kembali bersama secara singkat setelah pertemuan pertama sejak lima tahun lalu".
Jujur sejak bertemu kembali bahkan setelah melamar, aku tidak pernah merasakan ragu dalam diri. Tetapi rasa rindu yang selalu hadir disetiap waktu menciptakan rasa cemburu, aku tahu bahkan sangat tahu jika Liora dalam bekerja selalu sempurna dan tentu saja profesional.
Urusan tanggung jawab Liora juaranya, bahkan aku sangat tahu jika sudah bekerja maka Liora akan melupakan aktifitas lainnya bahkan untuk memberikan kabar saja terkadang dilupakan. Aku mengetahui itu tapi sejak tadi tanganku tidak lepas melihat benda pipih berharap mendapatkan pesan " Honey, tunggu sebentar lagi ya".
Aku tidak marah sama sekali hanya saja aku terlalu takut untuk kehilangan kembali, bagaimana bisa jika aku harus kalah dengan orang lain aah tidak bisa aku bayangkan.
Tok... Tok... Tok...
Sedang sibuk dengan pikirannya kini pintu ruangan diketuk lembut dari luar, ada perasaan lega di hati Arga.
Liora masuks setelah mendapatkan izin, dengan pakaian formal dan membawa tas membuat kecantikannya bertambah membuat Arga yang tadi merasa kesal kini menghampiri dan membawa tubuh Liora kedalam pelukannya.
" Maaf Honey, aku tidak sempat mengirimkan pesan kamu pasti kesal. Aku sedang berusaha untuk belajar multitasking agar terbiasa mengirimkan pesan meskipun sedang bekerja". Liora membalas pelukannya dengan mengusap lembut punggung sang kekasih.
" Aku senang mendengarnya, terimakasih sudah mengakui kesalahan dan bahkan mau berusaha memperbaiki. Jujur tadi aku ingin marah tapi mendengar ucapan kamu barusan aku senang". Arga menatap langit-langit diruangannya dengan mengehela nafasnya lega.
" Meskipun sibuk aku harus tetap jadi prioritas ya, Sayang. Mengirimkan kabar tidak akan menjadikan pekerjaan kamu berubah menjadi tiga kali lipat kok".
Terdengar seperti candaan namun lebih tepatnya itu adalah sebuah sindiran secara halus, ada rengekan manja didalamnya yang Liora rasakan.
" Bayi besarku marah yaaa.. Tolong ajari aku untuk tetap bisa menghargai keberadaan kamu, karena ini adalah sifat burukku". Liora tersenyum kecil membawa sang kekasih untuk duduk di sofa.
" Kita sama-sama belajar Sayang, bukan hanya kamu tapi aku juga". Arga menatapnya lembut dengan kepala yang kini disandarkan ke bahu Liora.
" Sayangku, capek yaa?".
" Sedikit aja, ternyata menunggu itu capek yaa". Arga lagi-lagi menyindir sang kekasih yang tengah mengelus rambutnya lembut membuat rasa kantuknya datang.
" Aku udah disini sekarang, jadi gak akan nunggu lagi Honey".
" Nunggu kamu peka buat kirim pesan Sayang".
" Maaf yaa cintaku, aku terlalu fokus sampai melupakan kamu".
" Aku bangga atas kinerja kamu sejak dulu Sayang, tapi terkadang ada beberapa hal kecil yang jika kita lupakan itu akan berakibat besar pada sebuah perubahan. kamu paham kan maksudku?".
Arga kini duduk dengan tegak menatap wajah sang kekasih, terlihat guratan lelah dilingkaran bola matanya.
" Aku tahu kamu sedang cemburu, tapi aku benar-benar tidak ada hubungan apapun dengan Ezra. Jika aku niat mungkin sudah sejak lama aku menerima perasaannya, tidak apa-apa kamu tidak perlu percaya sisakan ruang kecil untuk waspada dan juga ikhlas karena kita tidak tahu apa rencana Tuhan".
Liora mendekatkan wajahnya yang kini sudah sangat dekat, bahkan helaan nafasnya bisa terasa dikulit wajahnya.
" Sayang, aku benar-benar takut sekali apalagi kamu lebih banyak menghabiskan waktu hampir setengah hari dengan Ezra. Aku sangat paham itu pekerjaan, tapi aku juga tidak membohongi diri jika kali ini aku sangat takut kehilangan kamu lagi".
Arga kini menyembunyikan wajahnya diceruk leher Liora, hembusan nafasnya terdengar cukup berat seolah tengah membawa beban cukup berat.
" Takut aku berpaling dari kamu?". Dengan lembut Liora mengusap pipi sang kekasih yang masih terjangkau.
Arga mengangguk lemah seperti seorang anak kecil yang tengah merajuk, ya beginilah jika sudah menemukan orang yang tepat pasti kita tidak akan sungkan untuk memperlihatkan sisi manja yang tidak semua orang ketahui bahkan orangtua.
" Honey, aku menunggu kamu selama lima tahun yang dihabiskan hanya dengan bekerja dan berdiam diri didalam rumah. Lihat jari aku bahkan tidak tanggung sampai dua cincin loh, tidak mungkin jika harus menukar itu semua dengan orang yang selama ini aku anggap hanya sebatas teman saja. Hatiku sejak dulu sampai sekarang dan selamanya hanya milikmu seutuhnya".
Fyuuuhhhhh...
Liora meniup telinga Arga yang masih setia menyembunyikan wajahnya diceruk leher, dengan jawaban yang cukup lembut membuat hati Arga kini seolah tersengat belut listrik.
" Terimakasih sayang, sudah sabar menungguku bahkan saat lelah setelah bekerja kamu masih bisa menenangkan dan meyakinkan aku. Maaf aku seperti anak-anak yaa kamu pasti lelah".
Arga kini memposisikan diri berada dihadapan Liora dengan duduk tegap dan kedua tangannya menggenggam erat tangan Liora.
" Wajar loh sayang dan perasaan kamu itu sangat valid, aku tidak marah untuk apa? Setiap orang memiliki hak untuk cemburu bahkan mengutarakan perasaannya, agar kita tau batasan dan tentu saja memperbaiki komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman".
Liora mengusap wajah Arga dengan sangat lembut, tidak ada amarah apalagi emosi.
" Aku akan selalu ada untuk kamu, karena hanya kamu yang aku pilih sejak dulu sampai sekarang bukan yang lain. Terbukti dengan lima tahun kemarin, dan aku tahu kita akan selalu mampu melewati semuanya bersama".
Arga menatap wajah Liora yang tergurat lelah, menghela nafas kecil dengan senyuman manisnya. Cemburu itu masih ada bahkan lebih besar khawatir sebenarnya, tetapi setelah Liora menjelaskan semuanya kini perlahan rasa itu mencair dan hatinya kembali yakin.
Arga merasa sangat beruntung sekali memiliki Liora, sejak dulu Liora memang tidak pernah banyak menuntut apapun kepada dirinya. Bahkan jika Arga sedang dikuasi emosi dan ego, Liora lebih banyak diam dan menjadi pendengar tidak terpancing sama sekali bahkan cenderung mengalah agar suasana dan perasaan Arga tetap terjaga.
Jika emosi Arga sudah kembali terkadang perasaan menyesal itu hadir, Arga merasa selalu kalah jika menghadapi amarah dan juga egonya yang cukup besar tetapi Liora masih saja bertahan sampai saat ini.
Aku sangat beruntung sekali memiliki Liora, seseorang yang selalu tenang bahkan lembut dalam situasi apapun dan selalu mencintai aku dengan cara sederhana namun sangat terasa.