NovelToon NovelToon
Dengki

Dengki

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Balas Dendam / Lari dari Pernikahan / Konglomerat berpura-pura miskin / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:27.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.

Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.

Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.

Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.

Kabar apakah itu?

Ikuti jalan ceritanya !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Pertemuan

BRUUUUUUK!

Maling itu tersungkur jatuh ke tanah. Seorang wanita meloncat keluar dari jendela. Dia melempar ransel ke arah Rian. Dia mengayunkan tongkat bisbol ke arah maling

"Ampuuuuun! Ampuuuuuun. Saya terpaksa!" Pemuda itu mengangkat kedua tangannya.

"Coba cek apa ada yang hilang?" Wanita itu memberikan perintah kepada Rian.

Rian langsung memeriksa isi ranselnya. Rian menggelengkan kepala. Rian tidak jelas melihat wajah wanita dan maling itu karena minimnya cahaya. Wanita itu menyuruh maling dan Rian untuk duduk di teras rumahnya. Wanita itu mengancam, jika maling itu lari, dia akan berteriak memanggil warga.

Rian dan si maling duduk di teras rumah. Rian memperhatikan maling itu. Dia seorang pemuda yang mungkin umurnya beberapa tahun di bawah Rian. Dia tidak berani memandangi Rian. Tubuhnya terlihat bergetar hebat. Dia menangis.

Wanita tadi keluar sambil membawa seteko air es dan juga roti. Dia menyuguhkan untuk Rian dan maling. Rian baru menyadari, ternyata wanita itu adalah Tamara, mamanya Cherika.

"Tante Tamara," Rian mencium tangan Tamara dan juga memeluknya.

Reaksi Tamara biasa saja. Dia tidak mengenali Rian. Tamara bertanya siapa Rian. Rian bilang dia adalah keponakannya.

Tamara mengalihkan perhatiannya kepada maling. Tamara bertanya, siapa namanya dan juga alasannya mencuri. Pemuda itu bernama Faisal. Dia terpaksa mencuri karena ibunya sudah dua hari tidak makan. Faisal bersumpah dia tidak berbohong. Faisal mengajak Tamara dan Rian ke rumahnya jika mereka tidak percaya.

Tamara kemudian masuk ke dalam rumah. Tidak berapa lama, Tamara keluar dengan membawa bungkusan plastik.

"Ini ada sedikit beras, ikan asin, telor, mie instan dan sedikit minyak goreng. Maaf, saya hanya bisa memberi sedikit," kata Tamara.

"Alhamdulillah. Terima kasih. Apa ibu tidak takut saya berbohong? Kenapa ibu baik sama saya?" Faisal menangis.

"Saya pernah merasakan hidup susah. Ambil dan segera pulang. Jangan mencuri lagi ya. Untung kamu bertemu dengan kami. Jika orang lain, pasti kamu tau bagaimana akhirnya."

"Saya akan balas kebaikan Ibu," ucap Faisal.

"Cukup doakan saja saya banyak rezeki."

Faisal sekali lagi meminta maaf kepada Rian dan Tamara. Rian juga memberikan sedikit uangnya kepada Faisal. Faisal malu dan menangis. Faisal pamit pulang ke rumah.

Tamara mengajak Rian masuk ke dalam rumah. Di sana juga ada Arvin yang duduk di ruang tamu. Rian mencium punggung tangannya dan memeluk Arvin. Sama seperti Tamara, Arvin bingung melihat Rian.

"Om, Tante, akhirnya saya menemukan kalian."

"Maaf, kamu siapa?" tanya Arvin.

"Om, Tante, saya Rian. Anak dari Susi dan Cakra. Om dan Tante tidak kenal saya?" Rian memandangi mereka berdua.

Arvin minta maaf karena mereka berdua sama sekali tidak mengenali Rian. Arvin cerita, 4 tahun yang lalu mereka berdua mengalami kecelakaan. Mereka ditemukan hanyut di sungai. Beruntung mereka diselamatkan oleh orang-orang baik di kota Ruby.

Sejak kecelakaan itu, Arvin berjalan menggunakan tongkat. Arvin dan Tamara juga kehilangan ingatan. Tidak ditemukan identitas diri. Mereka berdua dipanggil Bu Mira dan Pak Indra oleh warga setempat.

Beruntungnya, Tamara masih memiliki perhiasan pada saat itu. Gelang, cincin dia jual dan uangnya mereka gunakan untuk biaya berobat, makan dan membeli rumah kecil di pinggir sungai yang sekarang mereka tinggali.

Rian bersyukur Tamara dan Arvin masih hidup. Mereka hidup sangat sederhana. Rian meminta izin kepada Arvin dan Tamara untuk tinggal di rumah mereka. Rian ingin mencari pekerjaan. Rian ingin hidup mandiri.

"Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Tamara.

"Mereka baik. Setelah Om dan Tante ingat semuanya, saya akan membawa Om dan Tante ke kota Zamrud," kata Rian.

Tamara menyiapkan kamar untuk Rian. Di kamar itu hanya ada sebuah kasur kapuk muat dua orang di lengkapi dengan kelambu. Tidak ada lemari, hanya ada sebuah kotak dan kipas angin kecil.

"Maaf, semoga kamu betah ya. Cuman ini yang kami punya," kata Tamara.

"Ini juga alhamdulilah Tan. Terima kasih banyak," ucap Rian.

Tamara menyuruh Rian mandi dan berganti pakaian. Tamara menyiapkan makan malam untuk mereka. Rian menangis di dalam kamar. Tamara dan Arvin masih sama seperti dulu. Mereka sangat baik.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Rian makan malam bersama Tamara dan Arvin di ruang tamu. Hidangan yang sangat sederhana. Nasi putih, ikan asin telang, telur dadar dan juga cacapan limau kuit. Walaupun makanannya sederhana, tapi menambah nafsu makan.

Mereka makan sampai kenyang. Rian lahap sekali makan. Rian membantu Tamara membereskan bekas makan mereka. Rian juga mencuci piring di belakang rumah. Setelah selesai, Rian kembali ke ruang tamu.

"Om, Tante, izinkan saya merawat kalian sampai kalian berdua ingat semuanya. Kalian juga orang tua saya. Mau ya, Om, Tante," Rian mengatupkan kedua tangannya.

Arvin dan Tamara tersenyum. Mereka bersyukur masih bisa bertemu dengan keluarga. Kehadiran Rian, mereka harapkan bisa membuka kembali memori mereka yang telah hilang.

Om, Tante, aku akan membalas semua kebaikan kalian. Aku akan mencari kerja. Aku akan menafkahi kalian. Setelah ingatan kalian kembali, aku juga akan memberitahu kalian semuanya, batin Rian.

...----------------...

🌑 Kota Safir.

Nenek Hasna dan Kakek Firman untuk sementara tinggal bersama Cherika. Selama beberapa hari, Cherika sering kesurupan. Cherika mulai minta permintaan yang aneh-aneh. Seperti darah, sesajen.

Nenek Hasna dan kakek Firman terus berusaha mengeluarkan sosok yang ada di dalam tubuh Cherika. Tentu saja, mereka tidak akan pernah menuruti permintaan aneh dan menyesatkan.

Dokter Erlandi dan juga teman-teman dokternya memeriksa kondisi Cherika. Mereka tidak bisa memberikan pengobatan karena Cherika sering mengamuk. Dokter Erlandi meminta pengertian mereka semua. Penyakit Cherika bukan penyakit biasa. Cherika juga mempunyai penyakit non medis.

Para dokter ahli di bidangnya sepakat, mereka akan segera mengoperasi Cherika ketika kondisi mentalnya sudah stabil. Para dokter meninggalkan rumah Cherika.

Cherika duduk di teras rumahnya. Cherika mengingat seseorang yang selama ini dia rindukan. Vian, kekasih yang selalu ada disisinya. Selama Cherika berada di kota Ruby, Vian tidak mengirim kabar berita.

"Cheri, Cheri!"

Cherika terbuyar dari lamunan. Sontak Cherika berdiri, melihat orang yang dia rindukan berdiri di hadapannya. Cherika langsung memeluk Vian.

"Kak, kenapa gak ngirim kabar? Apa Kak Vian mulai menjauhiku?" Cherika melepaskan pelukannya.

"Tidak sayang, aku selalu dekat kamu. Aku sering chat kamu lho. Kok gak pernah dibalas?"

"Masa sih? Aku sudah lama gak pegang hp. Btw ponselku ke mana ya?" Cherika mencari-cari ponselnya.

"Ini, untuk kamu."

Vian memberikan ponsel keluaran terbaru untuk Cherika. Awalnya Cherika begitu bahagia setelah menerima hadiah ponsel baru dari Vian. Tapi, ada suara yang berbisik di telinganya.

"Lupakan dia, tinggalkan dia! Dia tidak menyukaimu. Dia hanya kasihan. Dia jijik melihatmu!"

Cherika mundur beberapa langkah. Cherika menaruh ponsel itu di atas meja.

"Kamu hanya kasian kan? Kamu sama seperti mereka. Kamu pasti jijik melihatku," Cherika terus menjauhi Vian.

Cherika berdiri di depan kaca rumahnya. Cherika memandangi pantulan dirinya di dalam kaca. Wajah sebelah kanannya melepuh, rambutnya masih setengah botak. Sangat-sangat jelek. Lengan dan kakinya masih ada luka bakar.

"AAAAAAAAAA!" Cherika takut melihat dirinya sendiri.

Vian perlahan menarik lengan Cherika. Vian meraih tengkuk Cherika. Tidak perduli betapa hancurnya wajah Cherika. Dengan lembut Vian mengecup bibir Cherika. Dan perlahan Vian menciumi bibir Cherika dengan bibirnya.

"HMMMMMMM!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Al!f
Sungguh kejam
Mauk
😭
Mauk
Laudya blm move on
Al!f
😱😱😱😱😱😱
Fang
Tunangan gadungan 🤣
Al!f
🤣🤣🤣🤣
Al!f
Pasti Nyai lagi
Fang
Anak haram ?
Al!f
ngaku² tunangan , pdhl bukan
Al!f
cemburu
Fang
😍
Fang
Kasian Abang bakso
Al!f
Laudya terhindar dari bencana 🤭
Al!f
😭😭😭😭😭😭
Mauk
Dhika kumat
Mauk
Kalo ada CCTV dlm toilet bahaya
Mauk
Balas dendam di mulai
Mauk
Waaaaaw🤭
Tuti
Dijinakkin pake black magic 🤭
Baby
Syukur in
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!