NovelToon NovelToon
Dicintai Ipar Sendiri

Dicintai Ipar Sendiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cerai / Selingkuh / Janda / Cinta Terlarang / Berondong
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama Baru Di Tempat Baru

Sementara Rezi baru saja mengakhiri drama kekerasan di Istanbul, Zehra Magnolia berada di Bandung, dikelilingi oleh keceriaan dan antusiasme murni.

Zehra, yang kini menjadi Chef Selebriti, sedang merayakan pembukaan cabang ketiganya, di Kota Kembang. Keputusannya untuk pindah ke Bandung didorong oleh ekspansi bisnis dan keinginannya untuk semakin jauh dari bayangan Keyla dan Rezi di Jakarta.

Suasana di Dapur Magnolia Bandung sangat meriah. Pita merah dipotong, para penggemar berdesakan untuk berfoto dengan Zehra, dan aroma masakan Barbeque Iga yang menjadi menu spesial cabang ini menarik perhatian kerumunan.

Zehra berdiri di depan warungnya yang dipenuhi bunga ucapan selamat. Wajahnya berseri-seri, senyumnya tidak pernah pudar. Ia dikelilingi oleh karyawannya dan tim media yang meliput acara tersebut.

“Saya bersyukur atas semua dukungan ini,” kata Zehra dalam pidato singkatnya, suaranya tegas dan penuh rasa terima kasih. “Dapur Magnolia adalah bukti bahwa Anda bisa mengubah rasa sakit menjadi energi. Saya ingin semua wanita tahu: kita bisa berdiri sendiri. Kita bisa sukses dengan tangan dan hati kita sendiri, tanpa bergantung pada siapa pun.”

Tepuk tangan bergemuruh. Zehra, mantan ibu rumah tangga yang dulunya pemalu, kini berdiri sebagai ikon kemandirian dan kesuksesan.

Setelah pidato, Zehra menyempatkan diri membuka ponsel. Ia melihat berita-berita terbaru—Keyla Ayunda sedang diserang, dijerat somasi hukum. Meskipun ia tidak lagi membenci Keyla, rasa bersalah atas kecelakaan Ardito masih membayanginya dan juga drama setelah kematian kakak iparnya tersebut.

Zehra menghubungi Keyla, untuk pertama kalinya setelah lama.

“Kak Keyla, aku lihat beritamu. Kau baik-baik saja?” tanya Zehra, nada suaranya lembut.

Keyla, yang sedang bersiap menghadapi panggilan polisi, terkejut mendengar suara Zehra. “Zehra? Kau… kau ada di mana?”

“Aku di Bandung, Kak Key. Baru buka cabang ketiga,” jawab Zehra, ada kebanggaan dalam suaranya. “Aku dengar kau dalam masalah besar. Aku tahu kau tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan. Jika kau butuh pengacara, aku bisa meminjamkan tim hukum warungku. Mereka mungkin sederhana, tapi mereka jujur.”

Mendengar tawaran tulus dari Zehra, Keyla merasakan hatinya menghangat. Adiknya, yang seharusnya membencinya, kini menawarkan bantuan tanpa pamrih, tanpa bayangan Rezi.

“Terima kasih, Zehra. Tapi tidak perlu,” Keyla menolak lembut. “Aku akan mengurusnya sendiri. Aku hanya ingin mengucapkan selamat atas cabang barumu. Kau hebat, Zehra. Kau benar-benar hebat.”

Setelah menutup telepon, Keyla merasakan gelombang emosi. Zehra telah menemukan kebahagiaannya. Sementara Keyla sendiri, harus membersihkan sisa-sisa kehancuran yang ditinggalkan Rezi.

****

Kesuksesan Zehra Magnolia di Bandung begitu cepat dan mencolok. Pemberitaan media, popularitas program masak-memasaknya, dan antrean panjang di tiga cabang Dapur Magnolia menarik perhatian, tidak hanya pujian, tetapi juga kecemburuan.

Pagi itu, di cabang pertama Dapur Magnolia yang kini juga berfungsi sebagai pusat operasi Zehra, suasana tiba-tiba memanas.

Seorang wanita paruh baya, berpakaian rapi tetapi dengan wajah merah padam karena amarah, menerobos masuk ke warung yang baru saja buka. Ia dikenal sebagai Bu Runi Rosilawati, seorang pensiunan guru yang memiliki warung makan sederhana di ujung jalan yang sama.

“Zehra Magnolia! Keluar kau!” teriak Bu Runi, suaranya melengking.

Zehra, yang sedang memeriksa persediaan, bergegas keluar. Ia mengenali Bu Runi sebagai pemilik warung yang sudah lama berdiri di sana.

“Ada apa, Bu Runi? Kenapa berteriak-teriak di warung saya?” tanya Zehra, berusaha menjaga ketenangannya di hadapan beberapa karyawan dan pelanggan awal yang terkejut.

“Kau pura-pura tidak tahu?! Sejak warung laknatmu ini buka, warungku sepi! Pembeli hilang semua! Mereka lebih memilih antre di tempatmu yang sempit ini!” tuduh Bu Runi, menunjuk Zehra dengan jari yang gemetar.

Zehra menghela napas. “Bu Runi, saya minta maaf jika ini memengaruhi bisnis Ibu. Tapi saya bekerja keras, saya tampil di TV, dan masakan saya disukai. Ini persaingan sehat, Bu.”

“Persaingan sehat, katamu?!” Bu Runi tertawa sinis, tawa yang menusuk telinga. “Jangan bohong! Masakanmu tidak mungkin secepat itu larisnya! Kau menggunakan cara kotor! Kau pakai ilmu hitam untuk penglaris, kan?!”

****

Tuduhan itu menusuk Zehra. Wajahnya langsung pucat. Ia yang selama ini berjuang dengan jujur, membangun usahanya dari nol dengan integritas, kini difitnah menggunakan cara-cara yang paling merusak.

"Jaga ucapan Ibu, Bu Runi!” bentak Zehra, amarahnya meledak. Ia sudah muak difitnah. “Saya bersumpah demi Tuhan dan demi anak saya, saya tidak pernah menggunakan hal kotor itu! Saya hanya menggunakan bumbu dan cinta yang jujur! Kalau warung Ibu sepi, mungkin Ibu harus introspeksi diri pada rasa masakan Ibu, bukan mencari kambing hitam!”

“Pembohong! Kau menghancurkan usaha kecilku dengan guna-guna!” Bu Runi berteriak lagi, lalu tiba-tiba meraih segelas air yang ada di meja pelanggan dan menyiramkannya ke wajah Zehra.

Air dingin itu membuat Zehra terkesiap. Para karyawan segera menahan Bu Runi. Zehra berdiri mematung, air dan rasa terhina menetes dari wajahnya. Ia telah melarikan diri dari drama rumah tangga yang kotor, hanya untuk ditarik ke dalam drama masyarakat yang lebih jahat.

“Kalian lihat! Dia sudah basah! Itu air pembuktian!” teriak Bu Runi sebelum ia digiring keluar oleh karyawan Zehra.

Zehra kembali ke kantornya, tubuhnya gemetar. Ia tahu, fitnah ini akan menyebar cepat. Ia baru saja menemukan kebahagiaan, dan kini, kebahagiaan itu diuji oleh kecemburuan yang merusak. Ia harus melawan, tetapi ia juga merasa lelah. Ia merindukan pelarian yang damai.

****

Sementara Zehra menghadapi fitnah lokal di Bandung, di Jakarta, Keyla Ayunda sedang bersiap menghadapi panggilan polisi keesokan harinya. Ketegangan menguasai dirinya.

Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Keyla membukanya, dan di sana berdiri Rezi. Wajahnya terlihat sangat lelah, ada kantung mata gelap, tetapi matanya memancarkan kemenangan yang dingin.

“Aku sudah kembali,” kata Rezi, berjalan masuk tanpa diundang. “Dan aku sudah menyelesaikan masalahmu.”

Keyla mundur. Ia marah pada Rezi, tetapi juga lega karena ia tidak sendirian.

“Apa maksudmu? Kau selesaikan apa? Aku dapat panggilan polisi, Rezi. Somasi itu jadi pidana! Dan aku tahu kau yang memicunya!” seru Keyla, amarahnya kembali memuncak.

Rezi mengeluarkan ponselnya. “Dengarkan aku, Keyla. Aku memang memicu masalah, tapi bukan aku dalangnya. Musuhmu adalah Nazlian Inci, seorang pengusaha kosmetik dari Turki. Dia yang memalsukan postingan itu karena kamu menolak kerjasamanya.”

****

Rezi kemudian menjelaskan singkat tentang pertemuan di Istanbul, ancaman Nazlian, dan bagaimana ia, dibantu sekutu tak terduga bernama Lucia, berhasil membuat Nazlian tunduk.

“Dia sudah menarik semua somasi dan laporan pidana. Dia akan mengeluarkan klarifikasi yang membebaskanmu,” kata Rezi, menatap Keyla lurus-lurus. “Kau bebas, Keyla. Namamu bersih. Aku jamin itu.”

Keyla merasa pening. Semua kekacauan ini, semua air mata, ketakutan, dan panggilan polisi—semuanya ulah seorang wanita Turki yang cemburu.

1
partini
baca sinopsisnya agak" gimana gitu penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!