NovelToon NovelToon
The Unwritten Destiny

The Unwritten Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Hybrid / Epik Petualangan / Misteri / Action / Fantasi Timur / Romansa Fantasi
Popularitas:727
Nilai: 5
Nama Author: Zan Apexion

KEKUATAN NAGA KENAPA BISA ADA DI TANGAN BOCAH INI? PLOT TWIST-NYA: DIA BISA KUASAI SEMUA ELEMEN!

Bayangin: di dunia Aethoria yang isinya cuma soal kekuatan elemen, ada Vincent Kai, cowok misterius dari Suku Naga, yang diam-diam punya cheat code paling gila. Dia bukan cuma kuat, tapi Juga Overpower—dia bisa ngendaliin semua elemen! Rahasia ini harus dia sembunyikan dalam-dalam biar dunia enggak chaos.

Masalahnya, dunia fantasi mana yang damai terus?

Datanglah Ash Falnes Phoenix, dengan ambisinya yang setinggi langit, ingin membuat Aethoria tunduk di bawah kakinya. Rencana jahat Ash ini jelas mengancam keseimbangan Antara Suku Starlight, Aquaria, Terra, Sylvan, Aeolus, dan lainnya.

Ini bukan lagi sekadar petualangan biasa, ini pertaruhan hidup-mati yang penuh intrik, pengkhianatan, dan epic battle.

Vincent sekarang dihadapkan pada pilihan paling berat: terus hide and seek dengan kekuatannya sambil melihat dunia hancur, atau come out dan terima takdirnya?

Status : Daily Update

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zan Apexion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Entitas Elemen Bumi

Preview Bab sebelumnya:

GRIIIIKKK!

Terdengar bunyi seperti gesekan logam dan bunyi nya menusuk telinga, bukan gesekan biasa. Batu tajam itu tersangkut, mengunci gerakan di sendi kaki patung.

Penjaga Gerbang mengeluarkan suara gemuruh yang berbeda, bukan raungan perintah, melainkan raungan frustrasi—atau mungkin rasa sakit. Gerakan kaki kirinya yang hendak bergeser terhenti mendadak.

Vincent melihat kesempatan itu, ia berlari keluar dari kabut debu, pedang obsidian raksasa itu masih tertancap di tanah.

Raksasa batu itu berdiri, tidak seimbang, di satu sisi, pedang nya tertancap di tanah, dan di sisi lain, kaki kiri yang tiba-tiba beku dan tidak bisa bergerak.

Vincent dan Lila saling pandang, walaupun mereka berada di sisi yang berlawanan dari Penjaga Gerbang. Mereka telah menciptakan gangguan yang sempurna, namun rintangan berikutnya jauh lebih besar.

Bab 14: Entitas Elemen Bumi

Serangan Balik yang Mendadak

The GateKeeeper, yang kakinya terkunci, menggeram dengan frustrasi. Raungannya kini lebih mirip seperti gemuruh pada lempeng bumi yang sedang bergeser, mengguncang dan hasilnya membuat kabut debu di sekitar mereka. kini, ia tidak bisa menggeser kakinya, The GateKeeeper itu pun mengubah taktiknya.

Catatan kecil : untuk memudahkan pembaca, saya ganti kata penjaga gerbang menjadi The GateKeeeper.

BRAK!

Tangan kanannya yang seukuran menara, yang semula memegang pedang, kini diangkat tinggi-tinggi. Dengan kecepatan yang mengerikan, tangan itu diayunkan ke bawah, menghantam tanah tepat di antara mereka berdua.

Dampaknya menciptakan Gelombang Kejut Pasir (Sand Shockwave). Kabut debu yang tebal itu seketika berubah menjadi badai pasir yang panas dan tajam, menyebar ke segala arah. bebatuan di sekitarnya terlempar, jarak pandang di sekitar Vincent pun seketika memudar.

Selain itu, Vincent juga terkena dampak gelombang kejutnya sehingga membuat nya terlempar ke belakang, tubuhnya terpental dari tanah. Rasa sakit menusuk tulang di bahunya, namun ia segera menyadari bahaya yang lebih besar: Lila hilang.

Komunikasi di Tengah Badai

"Lila!" teriak Vincent, suaranya hampir hilang ditelan badai pasir. Matanya perih, dan ia tidak bisa melihat lebih dari satu meter di depannya.

Tiba-tiba, ia merasakan sentuhan aura dingin di pergelangan tangannya. Itu adalah tanda telepati—sebuah gelombang energi yang lembut namun kuat, khas dari orang yang memiliki kemampuan mengendalikan alam.

(Kita harus bergerak! Sekarang!), Suara Lila terdengar jelas di benak Vincent, tanpa perlu berbicara.

(Dia mencoba membuat kita buta dan menstabilkan diri. Pedang obsidiannya adalah kunci! ) Lanjutnya melalui telepati.

"Tidak ada waktu!" ucap Vincent memotong pembicaraan mereka. Ia melihat bayangan The GateKeeeper yang mulai bergerak, lalu,memutar tubuhnya perlahan ke arah mereka, dan membebaskan sendi yang terkunci tadi.

Vincent menarik napas dalam-dalam, mengaktifkan energi Ksatria Berpengalaman (Stage 2) miliknya. Walaupun, Ia tidak bisa melihat, tapi ia bisa merasakan pergerakan pasir dan arah sentakan raksasa batu itu. kemudian, ia mengambil tindakan dengan berlari zigzag, memercayai panduan telepati dari Lila.

(Kiri! Cepat!), Ucap Lila dalam telepati mereka.

Vincent melompat, tepat sebelum bongkahan batu besar menghantam tepat di tempat ia berdiri.

Akhirnya, kabut pasir mulai menipis sesaat, dan Vincent melihatnya: Pedang Obsidian Raksasa itu. Pedang itu memancarkan aura gelap dan dingin, energinya begitu kuat hingga menembus kabut pasir.

Pilihan Berisiko

Lila muncul dari sisi lain, wajahnya berlumuran debu pasir tetapi matanya tetap fokus. Ia berbisik melalui telepati:

(Vincent, pedang itu milik the GateKeeeper. pasti ada resiko yang kita tanggung karena, sembarangan mencoba untuk menyentuhnya, Apakah kamu Siap dengan resiko itu?)

"Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," jawab Vincent tegas.

Tanpa ragu, Vincent meletakkan kedua tangannya yang gemetar di gagang pedang obsidian yang dingin. Rasa sakit langsung menusuk, seolah-olah energi pedang itu menolak sentuhannya. Namun, tekadnya lebih kuat. Ia mencoba untuk fokus mengumpulkan semua energinya, energi khas dari bloodline suku Naga ditambah dengan kekuatan fisiknya yang luar biasa diatas normal, dibekali dengan hal itu kemudian ia langsung memfokuskan keduanya untuk dapat menggeser pedang itu.

GRRRRAAAUHHH!

Penjaga Gerbang mengeluarkan raungan perintah kali ini. Ia menyadari apa yang coba dilakukan Vincent dan mengayunkan tangan kanannya ke bawah untuk menghancurkan mereka berdua!

(Tarik, Vincent! Sekarang!) perintah Lila.

Vincent mengerahkan seluruh kekuatannya, bukan untuk mencabut pedang itu, melainkan untuk memiringkannya sedikit, cukup untuk membebaskan sendi kaki raksasa itu dari jebakan.

DUAK!

The GateKeeeper, yang merupakan entitas batu setara dengan kekuatan di Tingkat Saint Rendah (Stage 1), mengeluarkan suara gemuruh disertai dengan rasa senang dan kepuasan yang sedikit sinis saat sendi kakinya telah bebas. Dengan kaki kiri yang kini berfungsi sepenuhnya, ia menghentakkan tubuh batunya ke depan, dan tangan kanannya yang seberat menara batu itu menghujam ke bawah, siap meratakan Vincent dan Lila.

Vincent merasakan tekanan udara dari pukulan itu, seolah-olah seluruh atmosfer tempat itu sedang dihisap. Ia tahu ini akhirnya. Vincent merasakan tekanan energi murni dari pukulan itu—sebuah tekanan yang jauh melampaui apa pun di ranah Langit. Ia tahu tubuhnya, meskipun berada di Tingkat Ksatria Berpengalaman (Stage 2), tidak dapat menahan serangan langsung dari raksasa sebesar ini, yang energinya jauh melampaui ranah Ksatria dan dapat hancur seketika jika memaksa untuk menahan serangan itu.

"Sekarang, Lila!" teriak Vincent, suaranya serak dan putus asa.

Alih-alih melarikan diri, Lila meletakkan telapak tangannya ke bilah pedang obsidian yang dimiringkan Vincent. Gelombang energi aneh, dingin seperti mata air pegunungan namun kuat, mengalir dari Lila ke pedang itu. Ia tidak mencoba mengendalikannya, ia hanya mempertajam fokus dari artefak kuno tersebut.

Kekuatan Sejati Artefak Kuno

Seketika, pedang obsidian itu merespons. Energi gelap yang tadinya menolak sentuhan Vincent kini mendidih dan terbangun. Pedang itu mulai bergetar hebat, bukan karena Vincent yang menariknya, melainkan karena energi internalnya sendiri yang bangkit, yang saat terpicu oleh tindakan Lila.

sementara itu, tangan kanan The GateKeeeper yang memiliki kekuatan Saint Rendah itu hanya tinggal sejengkal lagi dari kepala Vincent, disisi lain, pedang obsidian raksasa yang tertancap itu, tiba-tiba tercabut dengan paksa dari tanah.

Pedang itu, di bawah fokus energi Lila, berputar di tempatnya seperti jarum kompas raksasa. Kemudian, Ujung pedang itu melayang dan terbang menuju ke arah The GateKeeeper, menebasnya persis di ketinggian leher The GateKeeeper!

KREK! KREK! KRAK!

Suara terpotongnya batu terdengar, menandakan sebuah struktur elemental raksasa batu yang kokok itu kini telah dirobohkan.

Kejatuhan Sang Penjaga

The GateKeeeper yang ingin melakukan Gerakan serangan seketika berhenti. Tangan kanannya terhenti di udara. Perlahan, gumpalan debu tebal di sekitar lehernya mulai merembes keluar, dan kepala raksasa batu itu terlepas dari Badannya!

Kepala dari The GateKeeeper berguling dan jatuh ke tanah dengan dentuman keras yang dapat memekakkan telinga, sementara tubuh batunya yang tanpa kepala ambruk ke depan. Kejatuhan tubuh Saint ini menciptakan gempa lokal di dalam tempat itu, jauh lebih dahsyat daripada pukulan tangannya, hal ini dikarenakan telah gugurnya kekuatan tingkat Saint. Hal ini lah yang memicu fenomena alam tersebut.

Vincent dan Lila, yang terselimuti oleh debu dan puing-puing, terlempar dan terhempas kembali ke sisi dinding ruangan itu.

Ketika debu mereda, keheningan total menyelimuti gua. Di tengah reruntuhan, tubuh The GateKeeeper yang besar tergeletak tak bergerak, hanya menyisakan pedang obsidian yang kini berdiri tegak di tanah, yang energinya kini mulai meredup.

Langkah Berikutnya

Lila batuk-batuk, membersihkan debu dari wajahnya, dan menoleh ke arah Vincent. Wajahnya pucat karena kelelahan dan kehabisan energi. ternyata hal ini dikarenakan dia memaksa untuk memicu mekanisme pedang obsidian tadi dan pada akhirnya mencapai Kondisi itu. Akan tetapi matanya masih bersinar lega.

"Kau melanggar aturan," ujar Lila, suaranya lemah. "Kau membebaskan kakinya."

Vincent tersenyum kecut, berusaha bangkit sambil memegangi rusuknya yang sakit. Sebagai seorang Ksatria Berpengalaman, ia tahu ia mengambil risiko besar, tetapi instingnya berhasil.

"Tapi kita tahu, kalau dia bebas, dia pasti bisa bergerak. Dan karenanya kita bisa melakukan rencana kita serta menggerakkan pedangnya itu untuk Melawan Entitas kuat itu."

Lila mengangguk, mengabaikan perdebatan tak penting itu. "Pedang itu adalah Kunci Gerbang dan mungkin satu-satunya hal yang bisa kita gunakan untuk menembus energi di gerbang gua."

Sementara itu, Lila mencoba untuk memulihkan energi nya yang hampir terkuras habis. Disisi lain vincent menatap pedang obsidian yang mematikan itu, lalu ia kembali lagi ke reruntuhan The GateKeeeper Tingkat Saint itu. Ia memiliki ide dan berpikir harus mengambil artefak itu, akan tetapi masalahnya adalah ukuran artefak itu hampir dua kali lipat tingginya dari dirinya sendiri.

"Bagaimana kita membawanya?" tanya Vincent.

Lila mengabaikan Vincent sesaat karena sedang dalam memulihkan energinya, setelah beberapa saat energinya pun pulih, kemudian dia menjawab pertanyaan Vincent tadi.

"Kita tidak bisa membawanya secara langsung," jawab Lila, berjalan mendekat ke arah pedang. Ia menyentuh gagang pedang itu, dan kali ini, energinya tidak menolak. "meskipun kita tidak bisa membawanya secara langsung akan tetapi kita dapat mengendalikannya."

Lila memejamkan mata. Udara di sekitarnya mulai mendingin, dan energi dari pedang obsidian itu perlahan menyusut, mengecil, hingga pedang raksasa itu berubah menjadi Belati Obsidian yang elegan dan hitam pekat, pas digenggam di tangannya.

Inti di Tengah Reruntuhan

Goncangan gempa susulan pun terjadi yang disebabkan oleh runtuhnya tubuh raksasa Saint Rendah itu tadi, Vincent dan Lila masih tetap waspada dengan kemungkinan apa saja yang bisa terjadi, setelah beberapa saat gempa itu perlahan mereda. Vincent bangkit sepenuhnya, mengabaikan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Matanya tertuju pada Belati Obsidian yang kini dipegang Lila, dan kemudian pada sisa-sisa The GateKeeeper ia menyadari ada sesuatu.

Kehancuran itu mengerikan, tetapi Vincent merasakan ada sesuatu yang tidak wajar. Insting yang diasah nya selama ni dan terus berkembang sekarang di ranah nya yang sudah pada tingkatan Ksatria Berpengalaman memberitahu nya bahwa energi raksasa itu belum sepenuhnya menghilang.

Ia berjalan tertatih-tatih menuju kepala The GateKeeeper yang terpisah, yang kini terkubur sebagian dalam puing. Di sana, pada cekungan tempat mata kristal entitas itu, ada sesuatu yang memancarkan cahaya redup, namun hangat.

"Lila, lihat ini," panggil Vincent.

Lila, yang sedang mengagumi transformasi Belati Obsidian di tangannya, segera mendekat. Objek yang dilihat Vincent adalah Inti Kristal Bumi Di tingkat Saint (Earth Heaven Crystal Core), seukuran kepalan tangan, yang kini retak di permukaannya. Inti itu berdenyut dengan energi murni dari ranah Saint, akan tetapi karena retaknya bagian permukaan membuat energinya terus-menerus menurun.

"Itu... Inti Sumbernya," bisik Lila, matanya membesar karena terkejut. "Itu adalah sumber energi yang menopang tubuhnya sehingga bisa Hidup selama berabad-abad. Hanya sedikit entitas Saint yang meninggalkan intinya utuh setelah kehancuran."

"Apa... Apakah itu bisa digunakan?" tanya Vincent, rasa penasaran yang besar mengalahkan rasa waspadanya.

Lila melihat ke arah Inti Kristal itu, dan setelah nya, ia melirik Vincent kembali. "Sebagai seorang tingkat Ksatria, Inti Saint ini akan sangat berbahaya bagimu. sebab Energi murni Saint akan membuat ledakkan pada nadimu dan membuat dirimu hancur seketika jika tidak kuat. Tapi... karena kau yang mengambil risiko mengerikan ini sehingga kita bisa sampai pada situasi ini.

Vincent pun memotong pembicaraan dengan berkata, " jadi apakah aku bisa mendapatkan Core/inti kristal ini? " tanya Vincent.

Lila mengangguk, kemudian, ia mengambil keputusan untuk menyerahkan core itu pada Vincent.

"Kau pantas mendapatkannya vincent, Akan tetapi jangan langsung diserap. Sentuh dan biarkan energinya mengalir perlahan terlebih dahulu ke dalam nadimu. Sebab Ini adalah hadiah langka dari pertarungan hidup-mati yang kita hadapi ." ucap Lila menjawab pertanyaan Vincent tadi.

Ambisi Ksatria Utama

Vincent pun tidak membuang waktu. Ia mengambil Earth Heaven Crystal Core tersebut, kemudian, ia memakan Inti Kristal Bumi Di tingkat Saint tersebut, lalu ia melanjutkan dengan duduk bersila di sebelah kepala raksasa itu untuk mengumpulkan energi dari inti kristal yang telah ia makan tadi.

ketika ia sedang fokus bermeditasi, gelombang energi mentah yang luar biasa menyerbu ke dalam saluran nadinya. Energi itu begitu padat dan murni, jauh melebihi apa pun yang pernah ia serap. Seluruh pembuluh darahnya terasa seperti terbakar.

"GRRRRAAA!"

Vincent mengerang kesakitan, mengepalkan kedua tangannya hingga membuat seluruh urat-urat di sekujur tubuhnya kelihatan. Energi Saint itu, hampir saja meledakkannya, efeknya mulai memaksa jalur-jalur kultivasi lamanya melebar. Setiap sel, setiap otot, setiap helai darah dan energi dalam nadi di tubuhnya dipaksa untuk menyerap energi baru yang melimpah ini.

Di dahi Vincent, debu yang bercampur dengan lapisan keringat dingin yang sangat banyak mengucur ke seluruh tubuh membasahi area sekitar dia duduk. Disituasi itu, Ia tetap memaksakan pikirannya untuk tetap fokus, menggunakan semua pengalaman tempurnya untuk mengendalikan badai yang berkecamuk di dalam dirinya. Lila hanya bisa berdiri di dekatnya, dan bersiap menahan ledakan jika Vincent gagal.

Satu jam pun berlalu. Perlahan, energi dalam jumlah berlimpah yang sangat mengerikan itu mulai mereda dan menjadi aliran yang tenang. Vincent pun kemudian terus mencoba menstabilkan ranah kekuatannya sehingga tidak terjadi kegagalan atau kemungkinan buruk lainnya.

Setelah beberapa saat, Vincent membuka matanya. Pandangannya kini jauh lebih tajam, seolah ia bisa melihat partikel-partikel debu melayang di udara.

AURA! PUN KUAT MEMANCAR DI UDARA

Gelombang energi Ksatria yang kuat, jauh lebih padat dari sebelumnya, terpancar dari Vincent, menyingkirkan sisa-sisa debu di sekitarnya. Peningkatan ranahnya telah sempurna.

Ia berdiri tegak, merasakan kekuatan baru mengalir di bawah kulitnya. Tubuhnya kini jauh lebih tangguh, dan yang terpenting, ia kini mampu merasakan sedikit kehadiran energi Saint yang baru saja ia serap.

Lila tersenyum kecil. "Selamat, Vincent. Kau baru saja melompati ambang batas dan mencapai Tingkat Ksatria Utama (Stage 3)

Vincent, yang kini merupakan seorang ahli di tingkat Ksatria Utama, mengangguk.

"Energi ini... rasanya berbeda. Aku bisa merasakan elemen Batu yang menyelimuti seluruh gua." ucap Vincent.

Disisi lain, Lila menggenggam Belati Obsidian di tangannya. "Ya. Sekarang kita bukan hanya memiliki kunci, tapi juga Ksatria Utama yang kekuatannya mengandung sedikit sisa aura Saint. Waktu sudah banyak berlalu, dan sisa waktu kita sekarang sudah habis."

Ia menatap Vincent dengan serius. "Kita harus segera melewati Gerbang itu. Energi di sini akan menarik hal-hal lain yang tertarik pada kematian Saint."

Vincent mengangguk, mengencangkan cengkeramannya. Meskipun lukanya belum sembuh total, kekuatannya yang baru diperoleh memberinya kepercayaan diri. Mereka kini siap memasuki rahasia di balik gerbang kuno.

Dengan Vincent di ranah Ksatria Utama dan Belati Obsidian sebagai kunci, akankah perjalanan mereka semakin mudah atau justru mengungkap bahaya yang lebih besar?

Nantikan kelanjutannya di bab berikutnya.

Bersambung...........

__________________________________________

Catatan penulis :

Informasi Ranah tingkat Vincent

(Karakter utama) TERBARU dan TERUPDATE :

• Vincent kai DragonWise ditingkat

Sebelum : ‎Ksatria tahap 2 (Berpengalaman)

‎‎(ambang batas atas ke tingkat selanjutnya)‎(anak bungsu kepala suku naga)

(Mendapatkan Warisan Kebijaksanaan Agung)

Sekarang : ‎Ksatria tahap 3 (Utama)

‎‎(ambang batas atas ke tingkat selanjutnya)‎(anak bungsu kepala suku naga)

(Mendapatkan Warisan Kebijaksanaan Agung)

(Artefak Pedang Obsidian di tingkat Saint /Divine Relic)

(Memiliki Sedikit kandungan Aura Saint dalam tubuhnya, walaupun 0,01 persen dari Aura Saint Sesungguhnya)

__________________________________________

1
Rina
semakin seru ya, semangat terus ya Author 🥺👍
Zan Apexion: Terimakasih, senang rasanya ada yang menyemangati.

saya akan semakin berusaha keras untuk bab berikutnya 🙏☺️
total 1 replies
Rina
Vincent 🥺🥹
Rina
wah, ada musuh baru
LibrarianAkasha
Lila ini gadis itu? yang di bab sebelumnya?
Zan Apexion: terimakasih atas dukungan dan saran nya, senang rasanya karya saya disukai.
total 12 replies
LibrarianAkasha
kuat juga gadis itu...
Zan Apexion: hehe, karena dia masih bocah, sedangkan gadis itu lebih tua darinya
(gadis yang dimaksud npc).
total 3 replies
LibrarianAkasha
Disini lain
Zan Apexion: maksudnya mereka berjalan di hutan baru Nemu sungai gtu hehe
total 1 replies
LibrarianAkasha
Gadis itu mencurigakan...
Rina
Seru banget, lanjut terus ya Author.

tetap semangat 👍
LibrarianAkasha
Cerita yang menarik
LibrarianAkasha: sama-sama
total 2 replies
LibrarianAkasha
rasanya seperti membaca ulang paragraf di atas... tapi tidak apa-apa. bisa dipahami
Zan Apexion: terimakasih
total 5 replies
LibrarianAkasha
woah! menarik!
Zan Apexion: terimakasih 🙏
total 1 replies
LibrarianAkasha
Spasinya thor
Zan Apexion: hehe sorry, ngantuk mungkin pas buatnya😄
total 1 replies
Rina
Wah, Terimakasih Author ada penjelasan lengkap tentang karakter dalam cerita.
/Smile/
Zan Apexion: Sama-sama, Senang bisa membantu 🙏☺️
total 1 replies
LibrarianAkasha
Halo author! mau tanya, kata "Tiba-tiba, Saat dan Terjadi" di novel ini aku lihat kadang menggunakan kapital di awal kata, itu untuk penekanan?
Zan Apexion: Terimakasih sudah membaca dan juga dukungan nya.
total 4 replies
Natasya Eka dira
sangat bagus
Zan Apexion: Terimakasih, sudah mampir
total 1 replies
Natasya Eka dira
sangatttt bagusss😍
Zan Apexion: terimakasih banyak🙏
total 1 replies
Natasya Eka dira
Sangat bagusss😍
Zan Apexion: terimakasih ☺️
total 1 replies
LibrarianAkasha
Oh! aku suka bagian ini... ceritanya terasa 'hidup' dipikiranku
Zan Apexion: terima kasih 🙏☺️
total 1 replies
Rina
wah, seru banget GK sabar nunggu kelanjutannya
Rina
Menarik
Zan Apexion: terimakasih sudah mampir, semoga dapat menghibur kamu.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!