Menceritakan tentang seorang gadis cantik bernama Aluna yang terjebak dalam roda waktu. Aluna secara tidak sengaja menemukan sebuah buku kuno di rumah yang baru saja ia tempati. Secara ajaib gadis itu terlempar ke masa lalu di sebuah kerajaan kuno.
Aluna yang bingung dengan keadaan tersebut, tiba-tiba saja di tangkap dan di bawa kehadapan ratu di kerajaan tersebut. Ratu yang mengira ia adalah mata-mata dari musuh memerintahkan untuk mengeksekusi gadis itu.
Akankah Aluna bisa selamat dari hukuman sang Ratu? Atau hidupnya akan berakhir di negeri tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Asrianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Happy reading
'Apa benar dia merawat ku? Tapi mengapa sikapnya sangat dingin saat aku sadar?' Aluna sibuk menduga-duga, malamun, langkah kakinya terus berayun mengikuti irama langkah semua orang.
'Apa karena dia membutuhkan aku? Yah... pasti karena itu, jika tidak dia pasti tidak akan memperdulikan aku.' Mengangguk sendiri.
BRUUKK.
"Argh..."
Aluna memegang dahinya yang sakit. Ia tak sengaja menabrak Caspian yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Ada apa pangeran? Mengapa berhenti tiba-tiba begini?" Kesal.
Caspian tidak menjawab, ia serius menatap sesuatu di hadapannya.
Setelah 1 jam berjalan, mereka telah sampai di tempat tujuan.
Hening..
Masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
"Apakah tempat itu adalah hutan terlarang?" Aluna bertanya, meski ia sudah memiliki jawabannya, hatinya masih saja berharap semoga itu bukan tempat yang mereka cari.
Caspian mengangguk.
"Ini adalah hutan terlarang."
Semuanya menatap ke arah hutan lebat, gelap, dan suram itu. Seolah setiap pohonnya di kelilingi hal gaib.
Para prajurit di belakang mulai berbisik. Sebagian dari mereka merasa takut untuk masuk ke sana, sebagian lagi tetap diam, teguh pada tujuan awal mereka melakukan perjalanan ini.
Caspian dan Hugo berbalik, menatap semua orang.
"Aku tahu apa yang sekarang kalian semua rasakan saat ini, dan kalian juga perlu tahu aku pun merasakan hal yang sama. Tapi apapun yang terjadi kita harus tetap teguh pada tujuan kita."
"Saat kita memasuki hutan itu, pastikan jangan ada yang berpencar, kita harus tetap bersama. Saling melindungi." Caspian memberikan semangat.
"Iya pangeran, kami akan selalu berada di sisi anda." Salah satu prajurit berucap dengan semangat.
"Kami juga."
"Kamu juga."
"Untuk kerajaan Valoria" Teriak Hugo.
"Untuk kerajaan Valoria" Teriak semuanya bersemangat.
Caspian tersenyum, tak sengaja pandangannya bertemu dengan Aluna.
Aluna segera mengalihkan pandangannya, ia tampak gusar, ia menyentuh dadanya, seolah merasakan sesuatu , dan Caspian menyadari keanehan sikapnya.
Mereka semua menarik napas dalam. Mulai berjalan mendekati hutan.
"Apa kau takut Aluna?" Robert yang masih berada di samping Aluna bertanya.
"Hm, sedikit."
Robert manggut-manggut, ia bisa memahami gadis itu. Mereka akan memasuki hutan yang sangat berbahaya, yang kata orang-orang tidak ada seorang pun yang bisa kembali setelah memasukinya. Wajar saja jika Aluna akan takut, bahkan dia sendiri pun merasa begitu, sedikit.
"Kau tidak perlu takut, kami semua akan melindungi mu."
Aluna tersenyum tipis, menanggapi.
'Perasaan apa ini? Aku seperti merasakan sesuatu yang familiar, tapi apa?'
...
Hutan itu cukup gelap seolah sinar mentari tak dapat sepenuhnya menembus rimbunnya pepohonan di sana. Pohon-pohon menjulang tinggi, seolah menakut-nakuti, kabut di mana-mana.
"Apa di sini ada kehidupan?" Salah satu prajurit berbisik.
"Mungkin iya, mungkin juga tidak. Binatang apa yang bisa hidup di hutan ini?" Yang lain menjawab.
"Tapi bisa saja kan binatang mistis hidup di hutan ini. Aku pernah mendengar kisah itu." Lanjutnya.
Walaupun keduanya berbisik, tapi semua orang bisa mendengarnya. Suara terkecil pun akan terdengar, di hutan yang sunyi itu.
"Ke arah mana kita selanjutnya?" Tanya Caspian pada Hugo.
"Kita akan mengikuti arah matahari terbenam pangeran. Itulah cara agar kita bisa keluar dari hutan ini, seperti yang dikatakan kepala desa pearl."
"Tapi, kita bahkan sulit melihat dari hutan ini pohon-pohonnya begitu tinggi dan lebat." Robert mengangkat wajahnya, melihat lebatnya pepohonan di sana.
"Mungkin kita harus mencapai tempat yang tinggi, agar bisa melihat ke arah mana matahari terbenam." Aluna akhirnya angkat bicara.
"Yah... benar, ayo kita lanjutkan perjalanan, kita ke sana." Tunjuk Caspian.
Mereka berjalan lurus, melanjutkan perjalanan.
Aluna kembali memegang dadanya, tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang kuat, yang ingin membawanya ke suatu tempat, seolah ada yang menunggunya, entah di mana.
Mereka terhenti di jalan yang memiliki tiga jalur, ke kanan, kiri, atau lurus ke depan. Semua orang saling pandang, berpikir manakah yang akan mereka lalui.
"Jalan mana yang akan kita lewati pangeran?" Tanya Hugo.
Caspian terdiam, ia juga bingung.
Sama sekali tak ada petunjuk lain yang diberikan oleh kepala desa Pearl. Di saat semua orang kebingungan, Aluna akhirnya bicara.
"Ka... kalau pangeran setuju, kita ambil jalan itu." Menunjuk jalan di sebelah kanan.
"Apa anda yakin nona?" Hugo bertanya, begitupun dengan Robert.
"iya Aluna, kenapa kau memilih jalan itu?"
"Aku juga tidak tahu, tapi... firasatku sangat kuat dengan jalan itu."
"Tapi nona..."
"Kita akan ke sana, Hugo." Caspian menghentikan Hugo.
Semua orang akhirnya setuju dan memilih jalan yang diusulkan Aluna. Gadis itu tersenyum tipis pada Caspian, meski ia hanya membalasnya dengan tatapan datar.
...***...
"Aku mendapat kabar kalau mereka sudah memasuki hutan terlarang kak."
"Heh... aku tahu itu. Burung gagak ku sudah memberitahu ku, kau sangat lambat."
"Lalu... sekarang apa yang akan kita lakukan?" Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku sendiri yang akan turun tangan untuk membunuh mereka semua." Mengepalkan tangannya.
"Lalu orang-orang yang kita utus sebelumnya bagaimana? Mereka juga sudah memasuki hutan terlarang."
" Tidak perlu menunggu mereka, merka tidak akan berguna lagi jika sudah memasuki hutan itu."
"Aku kan sudah bilang, aku yang akan turun tangan sendiri."
"Jangan kak, kau akan lemah jika menggunakan terlalu banyak kekuatan mu." Mencegah, laki-laki itu mendekat.
"Ck, kau tidak perlu membantahku, kau pikir aku lemah? Hah!" Berteriak.
"Ti... tidak kak kau adalah penyihir yang sakti." Ketakutan.
"Heh... memang itulah yang selalu ingin ku dengar. Malam ini bawakan aku seorang gadis perawan, aku kana mengorbankannya untuk menambah kekuatanku. Kau mengerti!"
"Ba... baik kak. Aku akan segera menemukannya."
"Lalu apa yang kau tunggu? Cepat pergi!" Berteriak.
"I... iya." Bergegas.
...
Caspian dan rombongannya terus berjalan mencari daratan tinggi, tapi hingga malam datang dan hutan menjadi semakin gelap mereka belum juga mendapatkannya. Mereka berhenti di sebuah gua, memutuskan untuk beristirahat di sana.
Beberapa dari mereka bergantian untuk berjaga, dan yang lain tertidur. Robert dan Aluna masih terjaga, mereka duduk berdampingan di depan api unggun. Caspian juga belum tidur, hanya menutup mata, sedari tadi hatinya gelisah, dan terus melihat ke arah Aluna dan Robert, ia masih bertanya-tanya mengapa tingkah Aluna sejak memasuki hutan terlarang ini menjadi berbeda, tak banyak bicara dan sepertinya gelisah.
"Kata orang-orang ini adalah hutan yang sangat berbahaya, penuh makhluk aneh, dan tak ada siapapun yang selamat setelah memasuki hutan ini. Tapi sejauh ini mengapa tak ada apapun? Tak terjadi apa-apa. Tidak ada bahaya yang menghadang kita." Robert memainkan ranting yang ia pegang, mematahkannya.
Aluna menggeleng
"Aku juga tidak tahu."
"Oh yah... Bagaimana kehidupan di duniamu, ku dengar kau dari masa depan? Bagaimana masa depan itu?"
Aluna tersenyum mendengar pertanyaan Robert, dia jadi rindu dengan rumah.
"Masa depan... aku juga tidak tahu di dunia ku itu masa depan atau tidak, mungkin saja hanya dimensi waktu yang berbeda bukan..." Menatap Robert.
Robert manggut-manggut, benar juga.
"Tapi di sana, aku senang bisa hidup bersama ayah, dan kenangan dari mama."
"Maaf aku tidak bermaksud mengingatkanmu pada ibumu yang sudah..." Menyesal.
"Tidak apa-apa, itu sudah sangat lama." Tersenyum.