NovelToon NovelToon
Chain Of Love In Rome

Chain Of Love In Rome

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:939
Nilai: 5
Nama Author: De Veronica

Di bawah pesona abadi Kota Roma, tersembunyi dunia bawah yang dipimpin oleh Azey Denizer, seorang maestro mafia yang kejam dan tak tersentuh. Hidupnya adalah sebuah simfoni yang terdiri dari darah, kekuasaan, dan pengkhianatan.

Sampai suatu hari, langitnya disinari oleh Kim Taeri—seorang gadis pertukaran pelajar asal Korea yang kepolosannya menyilaukan bagaikan matahari. Bagi Azey, Taeri bukan sekadar wanita. Dia adalah sebuah mahakarya yang lugu, sebuah obsesi yang harus dimiliki, dijaga, dan dirantai selamanya dalam pelukannya.

Namun, cinta Azey bukanlah kisah dongeng. Itu adalah labirin gelap yang penuh dengan manipulasi, permainan psikologis, dan bahaya mematikan. Saat musuh-musuh bebuyutannya dari dunia bawah tanah dan masa kelam keluarganya sendiri mulai memburu Taeri, Azey harus memilih: apakah dia akan melepaskan mataharinya untuk menyelamatkannya, atau justru menguncinya lebih dalam dalam sangkar emasnya, meski itu akan menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Veronica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka yang Merindukan Pisau

Matahari sudah mulai meninggi saat Taeri menutup buku catatannya, menandakan berakhirnya kelas terakhir untuk hari itu. Ia baru saja selesai merapikan meja ketika ponselnya tiba-tiba bergetar pelan. Sebuah pesan singkat muncul di layar, Hari ini aku tidak bisa menjemputmu. Tapi sudah kusuruh sopir datang ke kampus.

Taeri menatap layar ponsel itu selama beberapa detik, kedua bibirnya mengerucut ke bawah karena kesal. Tumben banget dia nyuruh sopir lain buat jemput. Apa jangan-jangan dia masih marah gara-gara aku tampar tadi pagi? pikirnya dalam hati dengan nada jengkel. Dasar pria nggak dewasa, baperan banget.

Ia mengembuskan napas panjang, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas dengan gerakan yang sedikit kasar, melampiaskan kekesalannya.

Yuna, yang sudah lebih dulu siap untuk pulang, mengaitkan lengannya di lengan Taeri dan tersenyum cerah, berusaha mencairkan suasana. "Tae, hari ini kan kelasnya selesai lebih awal dari biasanya. Gimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Belanja kek, atau nongkrong cantik di kafe sambil ngobrol-ngobrol. Sejak 'kejadian itu', kamu tuh jadi berasa beda tau nggak? Udah nggak kayak Taeri yang aku kenal dulu." Nada suara Yuna terdengar khawatir dan sedikit sedih.

Melihat ekspresi Yuna yang masih tampak cemas dan khawatir, Taeri menghela napas pelan, merasa bersalah karena harus berbohong pada sahabatnya. Ia meraih kedua lengan Yuna, mencoba menenangkan. "Yun, maaf ya, kayaknya hari ini aku nggak bisa deh," ujarnya perlahan dengan nada menyesal. "Aku pengen langsung pulang aja. Capek banget, sumpah! Lain kali aja ya, kita jalan-jalannya." Ia berusaha berbicara dengan lembut dan meyakinkan, berharap Yuna akan mempercayai kebohongannya.

Namun, Yuna menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, matanya menyipit penuh kecurigaan, seolah bisa melihat menembus kebohongan Taeri. "Tae, please deh..." sahutnya dengan nada tegas, suaranya meninggi sedikit. "Jujur sama aku. Sebenarnya kamu kenapa sih? Dan... ada hubungan apa kamu sama Tuan Azey itu?" Ia menatap Taeri tanpa berkedip, menunggu jawaban dari sahabatnya. "Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyiin dari aku. Aku cuma... Pengen kamu mau cerita sendiri. Tapi makin ke sini, aku ngerasa kamu makin aneh dan menjauh, apa Tuan Azey mengancam kamu? Apa dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?"

Taeri memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan diri. Namun, semakin ia mencoba, bayangan Azey dan semua mimpi yang telah direnggut darinya justru semakin jelas berkelebat di benaknya, menghantuinya dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Dengan berat hati, ia membuka matanya perlahan dan menatap Yuna, mencoba mencari kekuatan dari sahabatnya itu.

"Dengerin aku ya, Yun..." ucap Taeri pelan, berusaha sekuat tenaga untuk terdengar tenang dan meyakinkan, meskipun hatinya bergejolak. "Untuk sekarang, mungkin aku belum bisa jujur sepenuhnya soal apa yang terjadi antara aku dan Tuan Azey. Tapi kamu tenang aja, dia nggak nyakitin aku kok, sungguh. Malah... dia nurutin semua keinginanku, termasuk soal kuliah. Jadi, tolong jangan khawatir lagi ya, percayalah padaku." Suaranya sedikit bergetar, namun ia berusaha keras untuk menyembunyikannya.

"Tapi, Tae..." Yuna menatapnya dengan tatapan tak rela, hatinya masih dipenuhi keraguan dan kecemasan. Suaranya pelan namun sarat akan kegelisahan. "Aku masih belum bisa nerima penjelasan kamu gitu aja. Ada sesuatu yang aneh, aku ngerasa—"

"Udah ya, Yun. Kamu tenang aja, aku beneran baik-baik aja kok," Taeri segera memotong ucapan Yuna sebelum sahabatnya itu mengatakan hal-hal yang lebih jauh. Ia lalu melirik ke arah gerbang utama kampus, di mana mobil Rolls-Royce hitam milik Azey sudah menunggu dengan anggun. "Tuh, udah dijemput," katanya cepat sambil berusaha tersenyum cerah. "Aku pergi dulu ya. Sampai ketemu besok."

Sebelum Yuna sempat menahan, Taeri memeluknya singkat, hangat tapi terasa tergesa lalu berbalik meninggalkannya. Yuna hanya berdiri terpaku, menatap punggung sahabatnya yang masuk ke dalam mobil.

Begitu duduk di kursi belakang mobil, Taeri tanpa sadar menyandarkan kepalanya ke jendela, memejamkan mata sejenak. Pikirannya kembali tertuju pada Azey, sosok yang entah mengapa selalu berhasil membuatnya kesal sekaligus merindukannya. Dasar pria menyebalkan, gumamnya dalam hati, namun kali ini tanpa nada benci yang sungguh-sungguh. "Pak, tolong antar saya ke kantor Tuan. Saya ingin bertemu dengannya... Nanti saya pulang ke mansion bersamanya."

Sopir yang duduk di depan menoleh cepat, raut wajahnya panik. "Tapi, Nona... Tuan sudah memberikan perintah jelas untuk mengantar Nona langsung ke mansion. Jika saya berani melanggar, nyawa saya bisa melayang," ujarnya dengan nada ketakutan yang kentara, suaranya bergetar hebat.

Taeri mendengus meremehkan, lalu mengalihkan pandangannya sejenak ke luar jendela sebelum kembali menatap sopir itu dengan tatapan tajam. "Jangan takut, Pak. Saya yang akan bertanggung jawab penuh. Pria itu tidak akan berani macam-macam denganmu, percayalah. Dan ingat, saya tidak menerima penolakan," ucapnya dengan nada dingin dan penuh otoritas, membuat sopir itu semakin menciut dan melajukan mobilnya.

Tepat beberapa menit kemudian, mobil berhenti di depan gedung tinggi berlogo Denizer Group yang tampak megah diterpa langit sore. Taeri keluar dari mobil dan menginjakkan kaki di trotoar yang dingin. Ia mendongak, mengamati bangunan yang baginya masih asing itu, lalu tanpa ragu melangkah masuk. Di meja resepsionis, seorang wanita dengan penampilan rapi menyambutnya dengan senyum tipis.

"Selamat siang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu dengan senyum profesional yang terlatih.

"Saya ingin bertemu dengan Tuan Azey," jawab Taeri dengan anggun, tatapannya lurus dan penuh percaya diri. "Ada hal penting yang perlu saya diskusikan dengannya."

Resepsionis itu mengerjap beberapa kali, sedikit terkejut dengan kepercayaan diri Taeri, lalu mengalihkan pandangannya ke layar komputer. "Maaf, Nona," ujarnya setelah beberapa detik dengan nada suara yang berubah menjadi sedikit meremehkan. "Boleh saya lihat kartu identitas Anda? Dan apakah Anda sudah membuat janji temu sebelumnya dengan Tuan Azey? Kami tidak bisa mengizinkan sembarang orang untuk masuk ke ruangannya tanpa konfirmasi."

Seketika, Tatapan taeri berubah tajam membuat resepsionis itu salah tingkah dan menunduk gelisah. Namun, sebelum wanita itu sempat mengeluarkan kata-kata lagi, mata Taeri menangkap sosok familiar yang baru saja keluar dari lift.

"Leonardo," serunya dengan nada tenang namun cukup lantang untuk didengar oleh pria itu.

Leonardo menoleh, ekspresi wajahnya menunjukkan sedikit keterkejutan sebelum ia dengan cepat menghampiri Taeri dengan langkah tergesa. "Nona Kim," ujarnya dengan sopan, nada suaranya menunjukkan sedikit kegugupan. "Ternyata Anda datang ke sini. Apakah Anda sedang mencari Tuan Azey?"

Resepsionis itu melirik cepat ke arah Leonardo, matanya membulat karena penasaran dengan siapa sebenarnya gadis muda ini hingga membuat seorang Leonardo bersikap begitu hormat.

"Benar," jawab Taeri dengan anggun, lalu melirik sekilas ke arah resepsionis yang masih terpaku di mejanya. "Saya memang mencari Tuan Azey... tapi sepertinya resepsionis Anda ini terlalu bersemangat dalam menjalankan tugasnya sampai menghalangi orang untuk bertemu dengannya. Apakah memang serumit ini prosedurnya untuk bertemu dengan Tuan Azey?" Nada bicara Taeri tetap tenang, namun ada sedikit sindiran halus di dalamnya.

Leonardo menoleh tajam ke arah resepsionis itu dengan ekspresi tidak senang sebelum kembali menghadap Taeri. "Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, Nona Kim," katanya dengan sopan sambil membungkuk sedikit. "Sepertinya dia belum mengenali Anda. Kalau begitu, izinkan saya untuk mengantar Anda langsung ke ruangan Tuan Azey."

Taeri hanya mengangguk kecil, langkahnya mantap mengikuti Leonardo menuju lift. Di belakang mereka, resepsionis itu masih berdiri terpaku, menatap punggung Taeri yang perlahan menghilang di balik pintu lift. Aura yang dibawanya seperti bayangan elegan bercampur badai yang siap meledak kapan saja.

1
Syafa Tazkia
good
Zamasu
Penuh emosi deh!
Shinn Asuka
Wow! 😲
Yori
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!