NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13 Pak Syarif tak menyangka

Pak Syarif tak menyangka, Nuha kuliah di tempatnya mengajar. Beliau kira setelah Nuha resign dari ekspedisi Pak Eko, mereka tidak bakal ketemu lagi. Apakah ini yang dinamakan dunia tak selebar daun kelor? Atau takdir?

Ia tersenyum tipis, sorot matanya lembut tapi menusuk. “Bapak lihat kamu punya mata yang unik. Samar-samar berwarna hijau kalau kena cahaya terlalu silau. Apa kamu pernah melihat sesuatu yang nggak kasat mata?”

Nuha mengerjap pelan.

Seolah sedang membaca sesuatu di balik pupil Nuha, tatapan itu bukan sekadar menilai. Tapi seperti menelusuri ruang pikirannya, lapisan demi lapisan. “Kadang,” kata Pak Syarif pelan, “orang yang terlalu pandai berimajinasi bukan berarti berkhayal. Mungkin dia bisa… melihat lebih banyak daripada orang lain.”

Kalimat itu menggema di telinga Nuha, seperti mantra yang menembus dinding pikirannya. Namun, alih-alih runtuh, dinding itu justru mengeras rapat, kokoh, melindunginya dari sesuatu yang tak ingin ia pahami.

Pak Syarif menatapnya penuh minat. Ia tahu gadis ini bukan sekadar introvert, ada labirin batin yang bahkan hipnotis pun harus mengetuk pintunya dengan hati-hati.

“Dulu,” katanya tiba-tiba. “Bapak ini sempat jadi dukun, loh.” Nuha spontan menoleh, tak yakin apakah itu candaan atau kenyataan.

“Tapi sejak ada Wisnu, Bapak tinggalkan dunia itu. Nggak cocok sama hati, terlalu banyak yang main di wilayah abu-abu.” Senyumnya samar, matanya redup tapi tenang. “Sekarang... Bapak belajar memahami manusia lewat cara lain. Hipnoterapi.”

Ia terkekeh kecil. “Tapi ya, label ‘dukun Jawa’ masih aja nempel. Kadang masih suka nyari benda-benda klenik, sih. Nggak bisa ilang kebiasaan lamanya.”

Nuha hanya mengangguk.

Pak Syarif menatapnya lagi. “Tanpa mengayunkan jam pun, Bapak udah tahu dinding yang kamu pasang terlalu tebal, Nuh. Nggak mudah ditembus.”

Nuha diam. Jemarinya terasa dingin. Pandangannya menunduk kosong, tapi kelopak matanya bergetar halus terpantul di layar ipad yang padam di pangkuannya. Nuha, takut?

Dalam hati, pria tua itu bergumam, “Aku ingin tahu segalanya tentang gendhuk ini,” batin beliau, jemarinya tanpa sadar menyentuh rantai jam tua di saku jasnya. “Supaya aku bisa lebih dekatkan dia dengan Wisnuku. Tapi…”

Tak ingin suasana semakin terasa suram, Nuha mengalihkan dengan bertanya dengan nada sopan, “Pak Syarif, jadi dosen apa di kampus ini?”

"Em, apa ya?" Pak tua itu malah pura-pura berpikir. “Mungkin... Dosen yang mempelajari batin manusia,” jawabnya ragu-ragu.

"Eh?"

Keheningan itu bercampur dan berubah menjadi deru mesin di tempat lain. Ddrrdd ddrr... Dug dug dug... debu tanah, dan teriakan para pekerja menggantikan suasana tenang di bawah pohon kampus.

Naru berdiri di antara tumpukan peta proyek, menatap fondasi yang belum juga rampung. Ia mendengus frustrasi.

“Sifa, gue butuh bantuan lo buat naklukin hati si kakek yang ngaku tanah yang gue beli ini milik leluhurnya.”

Sifa menoleh santai setelah diseret paksa untuk ikut terlibat dalam proyek suami sahabatnya itu, “Lah, kenapa gue?”

Dulu, gadis itu dikenal bermulut manis. Setiap kata-katanya seperti gula cair yang bisa menenangkan siapa pun. Pandai merayu, bahkan terkenal di kampus karena mampu gonta-ganti pacar tanpa menimbulkan drama.

Kecerdasan interpersonalnya di atas rata-rata, membuatnya selalu tahu kapan harus tersenyum, kapan harus diam, dan kapan harus memainkan pesona kecil yang menggoyahkan hati lawan bicaranya.

“Lo kan pandai banget ngomong. Supel. Mudah ngambil hati siapa pun. Gue yakin negosiasimu bisa membawa keber--”

Sebelum pujian itu berlanjut, senyum Sifa sudah mengembang. “Oke-oke, arasho! Gue suka lo ngertiin gue banget. Sebagai sahabat istri lo, gue bakal bantu. Asal…”

Naru mengangkat alis. “Gue kasih jabatan penting kalau proyek ini sukses berdiri.”

Sifa langsung mendecak sambil melipat tangan. “Sialan lo! Bisa aja baca pikiran gue! Cuih, nyebelin banget suami Nuha ini. Pinter nyogok orang!”

Ia masih ingat betul bagaimana Naru dulu berhasil ‘menyogok’ Asa agar mau menikah dengan Yuki dengan iming-iming modal untuk membangun kafe. Semua itu demi membuat Nuha bahagia melihat sahabatnya menikah, berharap kebahagiaan itu menular dan membuat Nuha siap menerima lamarannya.

Tapi ya, itu cerita panjang dan ribet. Singkatnya, Naru memang jagonya memanipulasi keadaan dengan cara manis. Wkwkwk...

Ponselnya berdering.

Nama pengawalnya, tertera di layar. “Ya?”

Suara di seberang terdengar tegang. “Tuan, Tuan Dilan mendatangi Nona Naomi di bangsal. Kami kesulitan mencegah, karena dia membawa orang-orangnya.”

Tatapan Naru menajam, rahangnya mengeras. Nafasnya teratur tapi penuh amarah yang ditahan. Masalah dengan dua manusia itu memang seperti benalu yang tak pernah bisa dicabut tuntas.

Sifa yang berdiri di sampingnya langsung menyadari perubahan raut wajahnya. “Ada apa, Ru?”

“Naomi.” Jawaban itu singkat, tapi berat.

“Lagi?”

“Gue udah penjarain dia di rumah sakit jiwa, tapi Dilan selalu muncul dan ngerusak rencana gue.” Naru meraih jasnya, langkahnya cepat dan tajam. “Gue pergi dulu.”

“Hei! Naru, tunggu!”

Sifa hanya bisa menatap punggung Naru yang menjauh. “Astaga, tuh orang kalo udah nyebut nama Dilan langsung kayak singa lepas kandang…” gumamnya, setengah kesal setengah khawatir.

Kenapa Dilan terus-terusan mengganggu urusanku? Kenapa dia selalu berada di pihak Naomi? Apakah Dilan sekadar mencari sensasi, mengisi waktu, atau memang bersekongkol dengan Naomi untuk merusak rumah tanggaku? Semua kemungkinan itu berputar di kepala Naru seperti badai.

“Keterlaluan!” Naru menggeram.

Menekan gas dengan kendali penuh. Tangan kirinya menyapu layar telepon yang menampilkan foto pernikahannya dengan Nuha, menekankan janjinya bahwa dia akan menjaga Nuha segenap jiwa.

“Aku tak akan membiarkan mereka menyentuh Nuha lagi. Sekali pun, tidak.” Pikiran Naru bekerja cepat, cara apa yang bisa ia lakukan agar masalah ini selesai tanpa membuat keributan besar? Bagaimana menyingkirkan ancaman itu tanpa menjadi seperti mereka?

Sampai di halaman parkir, Naomi sudah masuk ke mobil Dilan. Dilan menengok, wajahnya masih tenang seperti biasa, tapi tatapannya menyimpan sesuatu yang licin. Naru tak tahan. Ia menekan rem mendadak dan memarkir mobil tepat di depan kendaraan Dilan, memblokir jalannya.

Pintu mobilnya terbuka dan ia keluar dengan langkah kasar, tubuhnya tegap dan amarahnya terpancar jelas. “Keluar, Dilan!” suaranya seperti benturan besi di ruang parkir, keras, penuh ancaman.

“Lo emang manusia yang nggak punya hati, ya Kunyuk?!” Dilan mendecak sinis. “Naomi lagi hamil, tapi lo malah masukin dia ke RSJ. Lo mau dia gila beneran?”

“Itu bukan urusan lo,” suara Naru tegang.

“Justru itu urusan gue!” Dilan membalas cepat. “Sampai Naomi dapet tanggung jawab dari lo, gue nggak bakal berhenti buat lindungin dia.”

Naru mendengus, menekan pelipis mencoba menahan emosi. Astaga… masih aja percaya omongan perempuan itu. Ia mendongak, menatap Dilan tajam. “Asal lo tahu,” ia menarik kerah jas dokter Dilan hingga wajah mereka hampir beradu, “bayi itu, bukan gue yang buat.” Lalu ia melepasnya dengan kasar, membuat Dilan sedikit terdorong mundur.

Dilan hanya menepuk kerah jas putihnya, tenang seperti biasa. “Kalau gitu… kita taruhan.”

“Taruhan?”

“Kita balapan,” jawabnya datar, tapi dengan nada menantang. “Lo menang, gue bakal bantu nyadarin Naomi. Gue bakal jadi dokter beneran, yang masih punya hati nurani.” Ia tersenyum tipis, dingin. “Tapi kalau gue yang menang… gue akan dukung semua yang Naomi mau. Termasuk ngelihat rumah tangga lo hancur.”

Naru terdiam.

Taruhan itu terdengar sederhana, tapi terlalu ganjil untuk diterima mentah-mentah. Jika Dilan benar yakin Naomi hamil karnanya, kenapa taruhannya bukan soal kebenaran itu? Kenapa ia justru mengalihkan maknanya ke arah yang lebih samar, seolah sedang menutupi sesuatu?

Dilan tahu.

Naru bisa merasakannya dari nada suaranya. Pria itu tahu kebenaran di balik bayi itu… tapi memilih memainkan kartu lain, membuat taruhan itu jadi senjata untuk menyeret Naru ke permainan yang lebih berbahaya.

“Di mana?” akhirnya Naru bertanya.

“Gue yang tentuin tempatnya,” jawab Dilan datar. “Tapi bukan sekarang…”

Naru menatapnya tajam.

“Gue harus bawa Naomi ke tempat yang aman,” lanjut Dilan. “Dia butuh pengobatanku.”

“Lo nggak perlu bawa dia ke mana pun,” potong Naru cepat. “Gue bisa jamin kesehatannya di sini. Tinggalin Naomi di sini. Kalau lo maksa, gue sendiri yang bakal cegah lo pergi.”

Suasana menegang.

Tepat saat itu, ponsel di saku Naru bergetar. Layar menampilkan nama My Dear. Ia menatapnya lama. Tidak segera mengangkat. Dilan hanya menyipitkan mata, seolah menunggu apakah Naru akan memilih cinta atau ego.

Panggilan itu terputus kemudian menyala lagi.

Naru menggenggam ponsel lebih erat. Kenapa Nuha menelepon sekarang? pikirnya. Dia hampir nggak pernah menghubungi duluan. Apa ada yang terjadi di sana?

Atau…

Semesta memang ingin mencegah pertumpahan amarah antara dua pria yang dulu bersaing atas nama cinta.

“Bahkan istri lo aja tahu kapan waktunya berhenti,” sindir Dilan dengan senyum miring.

Kata-kata itu seperti bensin di atas bara. Naru menatapnya dingin, tapi sebelum ia bisa bicara, sebuah pesan masuk,

"Naru, bisakah kamu menjemputku?"

Tatapan Naru berubah. Bara di matanya meredup, digantikan kekhawatiran yang jauh lebih dalam daripada rasa bencinya.

.

.

.

. ~Bersambung...

1
Aksara_Dee
Wew! menyebalkan deh kamu
Aksara_Dee
akan ada kata 'preet' pada akhirnya, sorry naomi, kamu hama!
Aksara_Dee
ini kayak reno dan Zac, apa kita sehati ka?
Aksara_Dee
buku aja ada kata pengantar nya dulu, Naru. kamu mau langsung main course aja sih 👉
Aksara_Dee
aku juga suka film ini 😍
Aksara_Dee
ceraikan dan miskinkan lelaki seperti itu bunda, aku mendukungmu❤️
Aksara_Dee
di dobrak lewat email deh, daripada nggak mau nelpon.
Iluv Gajah
TOO NEAT TO BE MAD 🤣
marah tapi tetap sopan, tetap rapi, tetap estetik. Kayak, “Aku ngambek. Tapi harus cantik.” 🤣
Fing Fong
UWU BANGET 😭❤
Jariny pasti mengetuk paha krn gk sabar buat kepo2 gelisah tapi sok tenang 🤣
Fing Fong
“tekanan di dada Naru perlahan luruh saat mobil menjauh dari rumah itu.”
Fing Fong
LOL, iconic 🤣
Fing Fong
KEREN BANGET 🤩🔥
Fing Fong
scene ny bnyk bngt disini kek buru2 😩
Destira Chan
LANJUTT!!
Mau emak-emak rempongnya komen tiap paragraf juga bisaaaa /Determined//Determined//Determined/
Destira Chan
DEK EMAK JAWAB YA.
ITU NAMANYA INSTING IBU-IBU MULAI START UP. 🤲
Destira Chan
Emak-emak mode ON:
“DEK… TUNGGU. Itu mualnya mual karena nervous… ATAU ADA YANG NUMPANG HIDUP DI DALAM PERUT???” 🧐
Destira Chan
BUSYYET, ini temen atau provokator percintaan?? 🤣
Destira Chan
Aduh ya Allah ya dek, emak ngerti…
Tapi Naru tuh jelas protect banget biar istrinya ga cemburu 😭💗
Sweet bener pasangan satu ini 😘
Destira Chan
Asa bawain kue satu kontainer:l.
TU MAU NGINAP SEMINGGU APA GIMANAA 🤣🍰🤤
Destira Chan
COOL GIRL BANGET 🔥🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!