Naolin Farah Adyawarman, gadis berusia delapan belas tahun yang baru menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Tidak ada yang istimewa dari hidup Naolin, bahkan dia hampir tidak pernah melihat dunia luar.
Karena Naolin adalah anak yang harus disembunyikan, dari khalayak luas. Sebab Naolin adalah anak har*m, sang Papi kandung dengan entah siapa Mami kandungnya.
Hal itu terjadi karena Naolin, diberikan secara sukarela oleh Mami kandungnya yang merupakam gund*k, dari Papinya.
Menurut cerita keluarga Papi, Mami kandungnya Naolin ingin hidup bebas dan belum siap memiliki anak.
Tapi entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas, keputusan Maminya itu justru menjerumuskan Naolin ke lembah kesengsaraan!
Karena Naolin akhirnya hidup dengan Mama dan Kakak tiri yang jah*t. Sementara Papi kandungnya selalu berusaha untuk tutup mata, karena katanya merasa bersalah sempat menduakan sang istri sah.
Tapi saat Naolin telah menyelesaikan SMA-nya secara homeschooling, dia dibebaskan dari rumah yang iba
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss D.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Kamu tahu nggak sih, Ibu Kayla itu dulunya open b*, dari usia remaja! Makanya di usia tiga puluh dua tahun, sudah merusak banyak rumah tangga orang lain."
"Tapi sepertinya karena sudah mulai dianggap tua, jadi Ibu Kayla memilih Pak Anton yang penghasilan perbulannya hanya lima puluh jutaan."
"Kalau dulu, Ibu Kayla pernah mau menggaet suami saya. Tapi langsung saya kasih pelajaran! Suami juga saya minta buat surat perjanjian, kalau sampai berselingkuh maka semua harta akan jatuh ke tangan anak-anak."
"Waktu itu anak saya masih SD, makanya saya sampai sekarang selalu jaga badan, kesehatan, dan rutin perawatan ke Dokter kecantikan."
"Soalnya saya takut kalah saing sama gund*k, yang kebanyakan masih muda belia. Kan ngeri ya, merintis sama kita, pas sudah jaya malah dengan wanita muda lain!" ucap Ibu Dilla.
Aku diam saja, karena sedang berpura-pura berkonsentrasi lari di treadmill. Padahal sebenarnya kupingku mendengarkan, dan alat perekam suara yang ada di pinggang tetap merekam dengan baik.
"Ya ampun, benar-benar ya Ibu Kayla itu. Saya pernah dengar juga, dia merusak rumah tangga teman bisnis saya. Cantik lho, istri sahnya. Ada keturunan bule Inggris, matanya juga biru."
"Tapi akhirnya bercerai, dan sibuk memperebutkan hak asuh anak. Kan Ibu Kayla itu template sekali Mbak, dia selalu berusaha mendekati anak-anak dari istri sah.
"Supaya nanti bisa mengambil suami, sekaligus anak-anaknya juga. Jadi harta gono-gini, bisa lebih banyak dapat ke pihak suami."
"Katanya anak Pak Anton juga mau dia dekati lho. Tapi Pak Anton langsung antisipasi, dan meminta bantuan pihak sekolah untuk melarang si gund*k, menemui anak kembarnya."
"Lagian istri sahnya juga perawat di rumah sakit terkenal. Penghasilan sama-sama besar, dan istri sahnya juga lebih cantik dari pada Ibu Kayla."
"Beredar kabar, katanya Pak Anton mau menceraikan Ibu Kayla setelah melahirkan. Karena sudah tahu bus*knya, Ibu Kayla. Matre, minta uang suka nggak kira-kira."
"Mungkin nggak ya Jeng, kalau sebenarnya mereka kecelakaan karena Ibu Kayla tidak mau diceraikan. Akhirnya berantem di dalam mobil, dan kecelakaan deh," ucap Ibu Sherly.
Aku tidak setuju dengan teori konspirasi, Ibu Sherly. Karena sudah terbukti kok, Pak Anton dan Ibu Kayla memang diracun. Itu kata Ibu Vira, yang merupakan seorang perawat.
"Naolin, ayo pindah ke alat selanjutnya," ajak Bang Iky.
Yaaa, penonton kecewa. Karena Ibu Dilla dan Ibu Sherly, masih betah di treadmill.
Tapi aku ikut sajalah dengan Bang Iky, karena dia kan personal trainer aku. Jadi dia pasti lebih tahu, latihan terbaik buat tubuhku.
"Bang, di sini ada latihan MMA juga ya?" tanyaku.
"Ada Nao. Kenapa, kamu mau latihan MMA juga?" tanya Bang Iky.
"Mau Bang, sekalian latihan memanah kalau ada," jawabku.
"Waduhh, kalau latihan memanah bukan di sini Nao. Tapi Abang ada teman yang memang pelatih atlet-atlet panahan. Nanti Abang kasih tahu nomor handphone dan alamatnya ya."
"Kamu langsung saja ke tempat latihannya, temui Bang Randi namanya. Nanti biar Abang hubungi dulu Bang Randi, untuk memberitahu tentang keinginan kamu itu. Oke?"
"Oke, terima kasih Bang," jawabku.
Selesai latihan, aku langsung pulang saja. Karena sudah kelelahan sekali, setelah latihan selama dua jam lebih.
Waahh, Bang Iky benar-benar berekspektasi tinggi padaku. Sampai aku digojlok habis-habisan, selama dua jam lebih.
Sesampainya di rumah, aku langsung mengirimkan rekaman suara Ibu Dilla dan Ibu Sherly tadi ke Ibu Vira. Tapi aku selipkan juga pesan.
"Ibu kalau mau telepon saya, tunggu dua jam dulu ya. Karena saya baru pulang nge-gym, jadi mau mandi dan istirahat sebentar."
Setelahnya aku langsung mandi, karena perutku sudah kelaparan. Sepertinya aku akan masak nasi, karena mie goreng saja tidak cukup mengganjal perutku saat ini.
Selesai mandi dan makan, baru aku melihat handphone. Ternyata Ibu Vira sudah membalas pesanku.
"Ohhh, jadi seperti itu perempuan yang dibanggakan oleh keluarga suami saya. Innalillahi wainnailaihi rojiun, untung sudah meninggal."
"Tapi kalau memang benar perempuan itu sering merusak rumah tangga orang lain, berarti pekerjaan Miss N tambah berat dong."
"Karena tersangkanya jadi bertambah banyak. Kan bisa saja mereka sangat dendam, saat melihat hidup Ibu Kayla tampak baik-baik saja."
"Malah sudah merusak rumah tangga wanita lain lagi, yaitu saya. Biasanya dendam, memang membut*kan, mata hati seseorang. Apa kita sudahi saja Miss N?"
"Karena saya sudah sangat puas, dengan hasil kerja Miss. Lagipula sekarang saya sudah tenang, setelah tahu kalau suami saya tidak memperbolehkan Ibu Kayla untuk mendekati anak-anak kami."
"Karena buat saya, itu artinya Bang Anton masih menghargai saya sebagai istri dan Bunda kedua putri kami. Saya sudah ikhlas sekarang Miss, dan ingin melanjutkan hidup bahagia bersama kedua putri cantik saya saja."
Aku langsung merasa kecewa, karena itu artinya pekerjaanku tidak selesai. Padahal aku sudah sangat penasaran, siapa sebenarnya pembunbun, Pak Anton dan Ibu Kayla.
Tapi karena ini permintaan Ibu Vira sendiri, akhirnya aku mengiyakan saja. Jadi aku bisa menyelesaikan kasus klien berikutnya.
Keesokan harinya, aku langsung pergi ke rumah Bang Randi. Karena mau mulai belajar memanah.
Dari kemarin aku sudah menghubungi Bang Randi, dan hari ini aku sudah bisa mulai latihan. Jadi aku belum membaca DM, dari klien yang lain.
Sesampainya di tempat latihan, tampak ada seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Bang Iky, menyambut kedatanganku.
"Naolin ya?" tanya pria itu ramah.
"Iya, Bang Randy. Peralatan memanah aku, sudah dipersiapkan ya?"
"Alhamdulillah, sudah Nao. Ayo masuk, supaya kita bisa cepat mulai latihannya," ajak Bang Randi.
Aku mengangguk, dan segera mengikuti langkah Bang Randi memasuki arena latihan.
Aku kira hanya latihan sendiri, tapi ternyata ada lumayan banyak orang lain yang latihan memanah. Padahal ini hari Selasa, dan baru jam sembilan pagi.
"Naolin, ini peralatan memanah kamu ya. Harganya diluar dari uang pendaftaran dan uang bulanan, yang sudah kamu bayar," ujar Bang Randi.
"Oke, yang ini berapa Bang harganya? Biar bisa langsung aku transfer saja, sebelum kita mulai belajar," tanyaku.
Bang Randi menyebutkan nominal harga, dan aku segera mentransfer uangnya ke rekening dia.
Setelah itu, kami langsung latihan dengan serius. Karena aku ingin cepat menguasai cara memanah yang tepat. Sebab pekerjaanku ternyata sangat berbahaya, dan membutuhkan skill seperti ini.
"Waahhh, kamu keren sekali Naolin. Karena cepat sekali pahamnya. Setelah ini katanya kamu mau latihan MMA, di tempat kerjanya Iky ya?" tanya Bang Randi.
"Iya Bang, makanya aku langsung pergi ke tempat gym ya. Terima kasih banyak Bang, untuk latihannya hari ini," pamitku.
"Ya, hati-hati Nao. Ingat latihan selanjutnya dua hari lagi."
"Siippp, Bang," jawabku.
Aku langsung buru-buru menaiki mobil, karena waktu latihan MMA, sudah mepet.
Tapi karena buru-buru, aku malah menjatuhkan kunci mobil. Saat mengambil kuncinya, aku melihat ada bekas latihan memanah di tanganku.
Seketika aku teringat dengan perkataan Bapak pengangkut sampah, tentang sosok yang mencurigakan itu.
"Penampilannya memang tertutup sekali Mbak, tapi di tangannya terlihat ...