NovelToon NovelToon
SETIA (Senja & Tiara)

SETIA (Senja & Tiara)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ita Yulfiana

"Cinta itu buta, itulah mengapa aku bisa jatuh cinta padamu." -Langit Senja Pratama-

"Tidak, kamu salah. Cinta itu tidak buta, kamu saja yang menutup mata." -Mutiara Anindhita.

.

Ketika cinta jatuh di waktu yang tidak tepat, lantas apa yang mesti kita perbuat?

Terkadang, sesuatu yang belum sempat kita genggam, justru menjadi yang paling sulit untuk dilepaskan.

Follow IG @itayulfiana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SETIA — BAB 12

...Bukan hanya buku yang bisa dibaca, tapi juga mata yang memandangku dengan cinta....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV Tiara

Aku tersentak kaget ketika sopir Grab memanggilku dari balik kemudi dengan nada tinggi. "Kak, kita sudah sampai. Kok malah ngelamun?" Suara itu seperti menusuk ke dalam lamunan yang telah membawaku jauh ke dalam pikiran.

Aku membuka mulut, terkejut dengan kesadaran bahwa aku memang sedang melamun. "Hah?" Aku terdiam sejenak, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. "Oh, sudah sampai?"

Sopir Grab tersenyum dan kembali bertanya, "Mau turun di sini aja apa mau cari tempat lain, Kak?"

Sejenak aku memandang ke arah kafe lalu menjawab, "Tidak usah, aku suka tempat ini. Aku turun di sini saja," jawabku sambil menyerahkan uang pembayaran.

Setelah berterima kasih kepada sopir Grab telah merekomendasikan tempati ini, aku kemudian melangkah masuk ke dalam kafe. Bau kopi yang harum dan suara musik jazz yang lembut langsung menyambutku seperti sebelumnya. Pandanganku langsung tertuju pada lantai 2, tempat di mana aku dan Senja pernah duduk sebelumnya.

Aku memesan secangkir kopi less sugar dan cemilan, lalu memutuskan untuk naik ke lantai 2. Tiba di atas, aku meletakkan tas berisi laptop di atas meja yang sama, kemudian berjalan menuju rak buku yang terletak di sudut ruangan, memindai judul-judul yang tersedia. Aku menemukan beberapa buku favorit lama dan beberapa judul baru yang menarik perhatianku. Aku memilih beberapa buku dan kembali ke meja, lalu mulai membolak-balik halaman-halaman buku sambil menunggu kopi yang aku pesan.

Saat aku sedang asyik membaca, aku tidak menyadari bahwa seseorang telah duduk di seberangku. Aku baru sadar ketika aku mendengar suara lembut yang mengatakan, "Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang."

Aku mengalihkan pandangan dari halaman yang kubaca, dan mata kami bertemu, tatapan kami terkunci satu sama lain. "Senja... Sejak kapan kamu ada di situ?" tanyaku, mencoba menyembunyikan keterkejutan, yang sebenarnya hampir kuanggap sebagai mimpi. "Dan... bagaimana kamu bisa tahu kalimat yang sedang aku baca?"

Senja tersenyum. "Aku pernah membaca buku itu sebelumnya."

Kami berdua duduk diam sejenak, masih saling mengadu tatapan, menikmati suasana sunyi di kafe. Entah mengapa, aku merasa ada yang berbeda dalam diriku saat menyadari kehadirannya. Aku tidak tahu apa itu dan tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Yang jelas, kehadirannya membuatku seketika merasa lebih rilex dan melupakan masalah yang akhir-akhir ini mengganggu pikiran.

Senja akhirnya memecah kesunyian. "Kulihat ceritamu sudah tidak update 3 hari, sebenarnya apa yang sedang kamu alami? Apakah kamu kehabisan ide? Atau sedang ada masalah lain, karena sebelumnya kamu tidak pernah seperti itu."

"Oh, itu... aku memang sedang banyak pikiran saja, jadi... tidak bisa memikirkan alur yang pas untuk kutulis," jawabku. "Takutnya ketika aku memaksakan untuk menulis, alurnya malah melenceng dan tidak masuk akal," imbuhku.

"Sejak tadi kulihat kamu asyik membaca, apakah sekarang sudah ada ide?" Dia tersenyum menatapku, senyuman yang cerah seperti mampu menembus menerangi pikiranku.

Aku terdiam sejenak memikirkan bagaimana bab terakhirku bersambung, lalu balas tersenyum padanya. "Sepertinya sekarang aku sudah punya ide," kataku, lalu mengeluarkan laptop dari dalam tas dan menyalakannya. Sekarang, aku sudah siap menuangkan ide yang muncul ke dalam bentuk tulisan.

"Kalau begitu, kamu menulis lah, aku akan duduk di sini menemanimu, tidak akan mengganggu," katanya.

.

.

Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat, dan aku tidak menyadari bahwa kami telah duduk di sana selama berjam-jam. Sampai akhirnya, Senja melihat jam tangannya dan berkata, "Sudah pukul 11 lewat, bagaimana kalau aku pesan makanan untuk makan siang? Kamu juga bisa mengistirahatkan matamu yang sejak tadi fokus menatap layar."

Aku terkejut mendengar jam dan langsung menghentikan aktivitas mengetikku. "Apa, sekarang sudah jam 11 lewat?" tanyaku sambil berdiri.

"Iya, kenapa?" Senja menjawab.

"Aku harus pulang menjemput putraku," jawabku. Seketika ekspresi Senja mendadak berubah tidak rela. Aku bisa membacanya dengan jelas.

Tapi kemudian aku langsung menepuk jidat karena ingat mobilku dibawa oleh Reyhan. "Tidak jadi, aku baru ingat kalau mobilku dibawa oleh adikku. Aku akan meminta dia yang menjemput Ardhan."

Senja tersenyum dan duduk kembali. "Berarti aku bisa memesan menu makan siangnya sekarang?"

Aku mengangguk. "Ya, sebaiknya. Karena sepertinya sekarang aku tiba-tiba lapar."

Senja mengangguk dan mengambil menu dari meja di sebelahnya. "Kafe ini punya menu andalan yang spesial. Apakah kamu punya alergi pada makanan tertentu ataukah kamu tidak menyukai makanan tertentu, misalnya tidak suka pedas atau asam?"

Aku tersenyum. "Aku tidak punya alergi terhadap makanan, juga tidak pemilih soal makanan. Aku hanya tidak memakan makanan yang tidak ada," jawabku dengan nada bercanda.

Senja butuh waktu beberapa detik untuk mencerna leluconku, kemudian dia tertawa. "Kalau begitu aku memesan menu yang biasa aku makan. Itu juga merupakan menu favoritku," katanya. Aku menurut saja.

Sambil menunggu makanan yang sudah Senja pesan, kami mengisi waktu dengan mengobrol tentang kehidupan sehari-hari masing-masing. Kami tidak membahas mengenai pekerjaan, melainkan lebih banyak berbicara tentang hobi dan minat kami, membuatku merasa semakin santai mengobrol dengannya.

.

.

Tak terasa waktu sudah menunjuk pukul 13.05, obrolan kami benar-benar seru dan mengalir hingga membuatku lupa waktu. "Senja, sepertinya aku harus pamit sekarang. Terima kasih banyak sudah menemaniku dan mentraktirku makan," kataku sambil tersenyum.

Senja membalas senyumku. "Tidak masalah. Aku melakukannya dengan senang hati, untuk penulis favoritku," katanya dengan nada bercanda, membuatku tertawa.

Aku mulai membereskan barang-barangku, tapi Senja tiba-tiba berkata, "Oh ya, aku lupa. Aku ada urusan di sekitar area tempat tinggalmu. Bagaimana kalau aku antar kamu pulang?"

"Sepertinya tidak perlu, aku pesan Grab saja. Aku tidak enak kalau harus merepotkanmu," jawabku merasa tidak enak.

"Tidak perlu khawatir, aku memang ada urusan di sana, jadi sekalian saja antar kamu pulang." Setelah aku pikir-pikir, aku akhirnya menurut saja.

Saat masuk ke dalam mobil, aku mencoba memasang sabuk pengaman, tapi ternyata macet. Senja menyadari kesulitanku dan langsung membantuku. "Biarkan aku membantumu," katanya sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku.

Posisi yang terlalu dekat dengannya membuat jantungku berdebar dan aku mendadak gugup. Aku bisa merasakan hangat napasnya di dekatku. Saat sabuk pengaman akhirnya terpasang, Senja tersenyum padaku dengan jarak yang sangat dekat. "Sudah," katanya, membuatku merasa semakin gugup.

Aku mencoba mengalihkan perhatianku ke luar jendela, tapi aku bisa merasakan tatapan Senja yang masih tertuju padaku.

"Terima kasih," kataku dengan suara yang sedikit bergetar. Senja hanya tersenyum dan memulai mobilnya, membuatku merasa sedikit lebih tenang.

Tiba-tiba, Senja melajukan mobilnya ke arah yang berlawanan dari arah jalan pulang. "Aku rasa aku tidak ingin langsung mengantarmu pulang," katanya, yang membuatku terkejut dan sontak menatapnya dengan tajam.

"Apa maksudmu?"

1
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: siap kk
total 1 replies
wathy
aku kasi kopi deh biar tambah semangat 💪
Ita Yulfiana: Waaaah Kk baik banget😍😍 makasih banyak yah😘🥰🥰
total 1 replies
wathy
aku suka,, lanjut thor😍
Ita Yulfiana: Okey siaap😁😁
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Next....
Ita Yulfiana: waiiit/Grin/
total 1 replies
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: Siaaap😄🙏
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Semangat berkarya🤩🤩
Ita Yulfiana: Siap, makasih banyak😍😍
total 1 replies
wathy
aku beri kopi deh biar semangat update 💪
Ita Yulfiana: uwwaaah makasih banyak Kak😍😍🙏
total 1 replies
wathy
wahhh senja langsung nembak 😄
wathy
itu pasti senja
wathy: Aamiin.. sama2 😍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!