NovelToon NovelToon
Story Of My Vampire Family

Story Of My Vampire Family

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Vampir / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:779
Nilai: 5
Nama Author: Lutfiatin Nisa

Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghisap Darah Sammy

Dirga masih menunggu di luar rumah dengan harap cemas, Pria itu baru bisa bernapas dengan lega setelah melihat anak kesayangannya kembali dalam kondisi baik-baik saja.

Setelah Sammy menceritakan kejadiannya secara detail, Dirga mengucapkan terima kasih. Dia sangat bersyukur karena pria itu menolong putrinya. Jika tidak, entah bagaimana nasib Hani.

Sammy pun pamit undur diri karena malam sudah semakin larut. Dia mengangguk ketika Dirga dan Hani sama-sama mengucapkan terima kasih dan berpesan untuk hati-hati di jalan.

Lucy melihat mereka dari balik tirai. “Siapa pria itu?” gumamnya.

***

Sammy sampai di rumah kembali, buru-buru dia menemui Sofyan untuk menanyakan beberapa hal.

“Paman, bagaimana sampel darah adikku, apa sudah bisa membangunkan ibu?”

“Belum bisa, Sam. Sel-sel darah putih di tubuh adikmu masih belum menyebar seluruhnya, kita masih harus menunggu,” terang Sofyan seraya meyakinkan pria yang tidak sabaran itu.

“Paman, aku penasaran, siapa orang-orang yang mengincar adikku tadi. Kenapa mereka bisa tahu di mana adikku berada?”

“Hanya ibumu yang tahu siapa mereka. Sepertinya, mereka bukan orang biasa karena bisa mendapatkan sinyal dari adikmu. Teknologi yang dipakai pastilah sangat canggih. Kita harus tetap berhati-hati, Sam.”

Tiba-tiba, Sarah teringat tentang obat yang diberikan ayahnya kepada Hani. Dia pun bertanya, bagaimana jika Hani tidak meminumnya.

“Untuk itu, kalian berdua harus menjaganya. Jika ada sesuatu yang terjadi, langsung saja laporkan padaku. Apa kalian mengerti?”

“Mengerti,” sahut keduanya secara bersamaan.

***

Di tempat lain ....

Bondan sedang marah-marah dan mengamuk di laboratorium, dia meluapkan kekesalannya pada semua orang di sana

“Kalian semua bodoh! Menangkap satu vampir saja tidak becus! Gara-gara kalian aku kehilangan dia lagi!”

“Maafkan kami, Bos. Kami tidak tahu kalau sinyal itu tiba-tiba saja menghilang,” sahut salah satu pengawalnya.

“Sekali lagi kalian gagal menangkap vampir

itu, akan kuhabisi kalian semua. Mengerti!”

“Mengerti, Bos.” Mereka mengangguk cepat, kemudian segera berhamburan entah ke mana.

***

Keesokan harinya.

Seperti biasa Hani sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Dia melihat obat yang diberikan Sofyan di atas meja.

“Sebenarnya, obat apa ini? Minum enggak, ya? Ah, minum aja, deh. Kan, Profesor Sam sudah membantuku. Aku yakin, dia orang baik.”

Di luar rumah, Bayu dan Arya sudah menunggu seperti biasa. Mereka melemparkan pertanyaan bertubi-tubi kepada Hani, membuat gadis itu bingung mau menjawab yang mana dulu.

“Hei! Sudah-sudah. Kalian berdua ini, yang penting aku baik-baik saja, ‘kan.”

“Tapi aku khawatir sama kamu, Han,” ucap Arya.

“Aku juga.”

“Iya-iya. Terima kasih untuk kedua temanku yang selalu perhatian. Nanti aku traktir makan, deh. Mau enggak?”

“Mau-mau. Makan apa Han?” tanya bayu

“Makan roti,” jawab Hani sembari tertawa.

“Ah! Enggak seru! Dasar pelit,” celetuk Bayu.

Hani dan Arya pun tertawa karena melihat respons Bayu. Mereka segera mengendarai sepeda dan berangkat ke kampus. Sesampainya di depan parkiran, mereka berpapasan dengan Sammy dan Sarah.

“Pagi, Prof.”

“Pagi,” balas Sarah.

“Hani? Apa kamu sudah meminum obatnya?” tanya Sammy tanpa membalas sapaan mereka terlebih dahulu. Membuat Arya dan Bayu saling berpandangan.

“Hm, sudah kok, Prof.”

“Baguslah. Kalau begitu, sampai ketemu di kelas,” ujar Sammy seraya berlalu pergi.

“Obat apa yang dia maksud?” tanya Arya penasaran.

“Kamu sakit apa, Han? Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan dari kami!” cerca Bayu tak mau kalah.

Hani menghela napas. Kemudian menceritakan kejadian semalam. Kedua pria itu terkejut. Namun, Bayu langsung memeluk Hani, dia tidak menyangka gadis itu mengalami hal yang tidak mengenakkan.

“Untung kamu enggak kenapa-kenapa, Han.”

Arya memisahkan keduanya. “Woi, lepas! Ini di kampus, tahu.”

Setelah Bayu melepas peluknya, Arya bertanya, “Jadi, pamannya Profesor Sammy yang memberikan obat untuk penyakitmu itu?”

Hani mengangguk. Sesaat setelahnya, bel pun berbunyi. Mereka bergegas masuk ke kelas masing-masing.

***

Beberapa hari kemudian.

Sofyan tengah meneliti sel-sel yang terkandung dalam darah milik Hani, pria separuh baya itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Setelah beberapa saat hasil pun keluar, matanya terbelalak setelah membaca hasil tersebut. Dia segera bergegas memanggil Sammy dan juga Sarah.

“Gawat, Sam! Ternyata sel-sel darah yang ada di tubuh adikmu berbeda. Aku baru saja mendapatkan hasil akhirnya.”

“Apa maksud Ayah?” tanya Sarah yang masih tidak paham.

“Sammy dan Sindy mempunyai daya tahan tubuh yang berbeda. Jadi, obat yang aku berikan tidak akan mempan untuknya,” tutur Sofyan sedikit khawatir.

Mendengar itu, Sammy semakin mengkhawatirkan kondisi adiknya. “Lalu apa yang harus kulakukan, Paman? Apa yang akan terjadi pada adikku nanti?”

“Pada akhirnya, dia akan merasa kepanasan dan berubah wujud. Pada saat itu, kamu harus memberikan darahmu. Biarkan dia menggigitmu, Sam. Lalu suntikkan cairan ini ke tubuhnya. Maka dia akan baik-baik saja,” jelas Sofyan.

“Baiklah.” Kedua orang itu pun mengangguk.

***

Hari sudah mulai siang. Hani, Bayu dan Arya sedang duduk di bawah pohon. Gadis yang diapit dua pria itu tengah meminum air. Entah mengapa tenggorokannya terasa kering, bahkan dia tak sadar kalau sudah habis tiga botol.

“Apa kamu sudah minum obat, Han?” tanya Arya.

“Badan kamu enggak ada yang sakit, kan?” Bayu pun ikut bertanya.

Hani menatap keduanya secara bergantian. “Duh, kalian berdua ini. Aku merasa jadi pasien, deh.”

“Kita cuma enggak mau kamu sakit, Han,” kata Arya.

“Aku udah baik-baik aja, kok. Dokter Arya dan Dokter Bayu.” Senyum Hani terpancar dari bibirnya.

Bayu yang gemas pun menggelitik Hani sambil berkata, “Kamu ini, ya.”

Dari kejauhan, Sammy dan Sarah memperhatikan mereka. Pria berdarah vampir itu sedang menunggu waktu yang tepat.

“Ini sudah hampir terik, bagaimana dengan mereka berdua?” tanya Sarah.

Sammy menjawab sambil terus memperhatikan ketiganya. “Untuk itu, aku membutuhkan bantuanmu.”

“Akhir-akhir ini, mereka terlihat bersama.”

“Mereka juga berusaha melindungi adikku, aku sedikit lega melihat dia tumbuh dan dikelilingi orang-orang yang sayang padanya.”

“Kurasa, adikmu pantas mendapatkannya,” timpal Sarah.

Sammy melihat jam yang melilit di tangan. “Sudah saatnya. Kita harus bersiap.”

Sarah pun mengangguk, paham dengan perkataan Sammy. Wanita itu segera pergi ke tempat yang sudah direncanakan.

Dari bawah pohon, Bayu, Arya dan Hani menatap langit.

“Bukankah langit hari ini sangat cerah?” tanya Bayu.

Arya menjawab, “Iya, sinar matahari juga tidak begitu panas.”

“Tapi kenapa aku sedikit kepanasan, ya?” keluh Hani seraya menyeka keringat beberapa kali.

Arya menatap Hani dan memberikan sebotol minuman lagi.

Saat minum, samar-samar sinar matahari mengenai wajahnya. Hani merasa kepanasan, tubuhnya pun lemas. Dia menjatuhkan botol air dari tangannya. Tubuh gadis itu jatuh tepat ke pelukan Arya.

Arya dan Bayu pun panik. “Han, kenapa kamu?” Arya bingung bukan kepalang. Keduanya segera membawa Hani ke ruang kesehatan.

“Ada apa ini?” tanya Sarah yang sudah berjaga di depan ruang kesehatan.

“Prof, tolong Hani. Dia tiba-tiba pingsan,” ujar Arya.

“Baiklah, kalian tunggu di luar dulu.”

“Tapi Prof. Kami ingin menjaganya,” timpal Bayu.

“Aku harus memeriksa dan membuka bajunya. Apa kalian masih tetap ingin di sini?”

Keduanya saling memandang, kemudian merasa malu.

“Baiklah Prof. Kami akan menunggu di luar.”

Sarah menutup pintu itu dengan rapat. Sammy langsung bangun dari kamar satunya dan menghampiri Hani.

Bertepatan dengan itu, Hani mulai berubah menjadi vampir. Matanya merah menyala, taringnya juga sudah terlihat. Dengan cepat, Sammy menutup mulut Hani menggunakan tangannya, gadis itu pun menggigitnya.

“Archhh!”

Arya mendengar teriakan dari dalam, sebab takut salah dengar, dia pun bertanya pada Bayu. “Yu, kamu dengar ada suara orang teriak enggak?”

“Enggak, tuh. Salah dengar kali.”

Sarah menutup mulut Sammy. “Jangan teriak. Nanti mereka dengar.”

“Sakit, Rah.” Sammy menahan gigitan spontan dari adiknya.

“Ah! Nanti juga sembuh, kok,” cibir wanita itu.

Setelah puas menghisap darah, Hani kembali tidak sadarkan diri. Sarah langsung menyuntikkan cairan yang diberikan ayahnya.

Tubuh Hani kembali normal, Sammy segera pergi dari sana dengan melompati jendela. Kemudian Sarah mempersilakan Arya dan Bayu masuk. Sarah menjelaskan bahwa gadis itu baik-baik saja, dia hanya kelelahan.

“Makasih Prof, karena sudah menjaga teman kami,” ujar Bayu.

Sarah mengangguk. “Eh, kamu Bayu, ‘kan? Ayo masuk. Kamu ada kelas.”

Bayu menjelaskan bahwa ia ingin menjaga Hani saja. Namun, Sarah berkata bahwa sudah ada Arya. Cukup satu orang saja yang menjaganya.

“Ya ....” Kecewa, Bayu pun berpesan kepada Arya, jika Hani bangun agar langsung mengabari dia.

“Hust, hust. Udah sana pergi,” usir Arya yang begitu senang akhirnya bisa berduaan saja dengan Hani tanpa ada orang ketiga.

“Awas kamu macam-macam, Ya!” ancamnya sebelum benar-benar pergi dari ruang kesehatan tersebut. Sedangkan yang diancam hanya menjulurkan lidah.

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!