"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Nisa segera membuka belanjaannya. Tak banyak, hanya Seliter beras, sebungkus sambelan cabe bawang, dan sepapan kecil tempe.
"Masak Nasi, Goreng Tempe sama nyambel, mudah-mudahan Mas Bambang mau makan." Senyum dan harapan Nisa berpendar sambil menyiapkan bahan dan mengeksekusinya.
Uang hasil Nisa menjadi pegawai Laundry dipakai untuk membayar rumah kontrakan Mereka yang sebulan sebesar lima ratus ribu.
Nisa mengusap peluh didahinya. Jangan tanyakan lelah tubuhnya setelah berjibaku dengan pakaian kotor di laundry pulang kerumah kontrakan juga masih mengerjakan pekerjaan rumahnya dan memasak.
Bambang, mana mau membantu Nisa. Pernah sekali waktu Nisa sakit hingga tak bisa bangun, yang terjadi, rumah bagai kapal pecah dan Nisa memaksakan diri sekedar membeli nasi uduk didekat kontrakannya untuk Bambang dan dirinya.
Suara pintu terbuka. Langkah kaki yang terdengar semakin jelas menuju dapur tempat Nisa sedang memasak.
"Mas, baru pulang?" Wajar dong seorang Istri bertanya saat Suaminya baru pulang.
"Kamu masak apa?" Lirikan tajam Bambang, membuat nyali Nisa sedikit ciut.
Bambang, meminum air putih digelas yang Nisa suguhkan sampai tandas.
"Masak nasi, goreng tempe sama nyambel. Mas mau makan sekarang?"
"Masak begitu terus. Bosen! Sekali-kali kek masak ikan kalo gak Ayam. Ini, paling banter telor!" Bambang mengeluarkan sebatang rokok, dan menyesapnya. Gerakan kasar melempar jaket yang baru saja Ia pakai dari luar.
Nisa tak menjawab ocehan dan kemarahan Bambang, Suaminya baru pulang, Nisa tak ingin menyulut pertengkaran dengan Bambang.
"Mas, kalau ngerokok diluar rumah aja, kalau didalem udaranya gak keluar. Asapnya itu,-"
"Bawel! Berisik banget jadi Istri! Heran! Pulang ke rumah cuma bikin pusing! Bisanya ngomel terus!" Gerakan kasar Bambang sambil menendang apa yang ada dihadapan matanya. Bambang kembali meraih jaket dan memakainya lagi.
Nisa menahan lengan Bambang, "Mas, Aku kan cuma kasih tahu, kenapa Marah?" Nisa menahan gejolak dihatinya, sebisa mungkin menahan ego meski memang payah sekali. Air mata Nisa tahan sebisa mungkin tak mau dibilang ratu drama oleh Bambang jika sampai menangis.
"Kamu mikir gak? Suami pulang, masak seadanya begitu. Ngatur-ngatur terus bisanya. Gimana Suami mau betah dirumah!"
Saat Bambang sedang meluapkan kekesalannya pada Nisa, Nisa justru fokus pada jaket dibagian dada Bambang yang ada noda lipstik.
"Mas, itu jaket Kamu ada noda lipstik?" Nisa hendak memeriksa, mencoba meraba namun tangan Nisa segera ditangkis Bambang.
"Kamu bawaannya curigaan terus! Suami Kamu itu Tukang Ojek. Kali aja tadi ini kena penumpang tak sengaja. Pikiran Kamu itu jangan negatif terus sama Suami! Suami cari uang itu didoakan, pulang dilayani, ini malah bawel! Bikin pusing! Gak betah Aku dirumah!"
"Mas, Aku cuma tanya. Gak ada maksud curiga." Nisa mencoba meredam gejolak yang semakin meruncing, tak ingin ribut, hanya rasa penasarannya mengusik hati dan nalurinya sebagai seorang Istri.
Melihat Bambang kembali meraih helm dan berjalan keluar rumah Nisa menyusul. "Mas, ini sudah malam, Mas mau kemana?" Nisa memelankan suaranya didepan rumah Mereka masih banyak orang hilir mudik.
"Pangkalan! Pusing dirumah!" Bambang memasang Helm dan segera menjalankan motor bututnya.
Suara knalpot sember Bambang melesat meninggalkan Nisa yang masih menatap dengan tatapan sendu.
"Misi Nis,"
"Iya Bude."
Nisa memaksakan senyuman saat salah seorang tetangganya lewat dan menyapanya.
Nisa menarik nafas, memilih masuk kembali kedalam rumah.
Sambil berjalan menuju kamar mandi, Nisa melirik makanan yang Ia siapkan untuk Bambang dan tak disentuh.
Selera makan Nisa pun sudah hilang, rasa lapar yang sempat dirasakan menguap bersama rasa sedih dan khawatir.
Nisa memilih meneruskan langkah, menyelesaikan cucian yang sudah Ia rendam sejak pulang tadi.
Papan penggilasan dibentangkan, perlahan Nisa menyikat satu per satu pakaian kotor miliknya dan Bambang.
Meski tukang ojek, Bambang selalu saja rapi, setiap hari baju berganti, setrika harus licin dan wangi. Pokoknya sedikit saja bajunya lecek Bambang marah.
Pernah suatu pagi, Bambang marah-marah karena baju yang Ia mau pakai lipatannya sudah tak rapi mungkin efek dilemari dan Bambang kalau ambil baju juga main tarik saja.
"Jadi Istri yang bener dong ngurusin Suami! Masa baju mau dipakai lecek gini sih Nis! Kamu setiap hari ngurusin baju orang dilaundry sampai licin, giliran baju Suami lecek begini!" Begitulah Bambang, dengan pemikiran Patriarkinya, apa-apa mesti dilayani.
Nisa tersenyum kecut, dinginnya kamar mandi tak dirasakan kalah dengan gemuruh didadanya yang panas dan sesak.
*
"Weits! Tumben Lo malem gini balik lagi ke pangkalan, biasanya udah ngelonin Bini!" Ledek salah seorang rekan sesama Opang aka Ojek Pangkalan, Bambang yang asik duduk sambil sebat.
"Berisik! Tarikan sepi?"
"Yah Lo kayak gak tahu aja. Semenjak ada Ojol Kita-Kita yang Opang kalah saing sama Mereka."
"Iya juga sih! Coba motor Gue bagus! Gue juga mau daftar Ojol!" Bambang menendang pelan ban motornya. Kesal kenapa Ia hanya memiliki motor butut dan pernah mau ngutang motor tapi Nisa tak mau membayari, katanya bayar kontrakan saja sebulan sudah berat. Gak ada uang untuk nyicil motor.
"Bang, Lo mau ikut Gue gak?"
"Ikut kemana?"
"Kita nonton dangdutan."
Bambang melanjutkan sebat, entah pikirannya kacau. Pusing!
"Alah! Udah gak usah pura-pura! Gue sering tahu lihat Lo sama Irma!"
Wajah Bambang tetap datar, walau dalam hati gawat juga gimana kalau Nisa tahu.
"Udah. Gak usah banyak mikir! Seneng-seneng Kita! Lumayan nonton yang bohay-bohay! Bodynya, begini Bang! Bosen lihat yang dirumah! Modelan Lap Dapur! Mending ikut Gue, disono cuci mata! Lumayan lihat Dada Mentok sama Bokong Besar gratis!
"Oke deh!"
"Nah gitu dong! Sering-sering makanya keluar rumah! Lo ngadon dirumah sama Bini juga gak jadi-jadi!"
"Jaga Mulut Lo!" Bambang emosi.
"Eits, canda Bang, gitu aja marah! Kuy! Senang-senang Kita!"
Bambang memang sensitif jika ada yang menyinggung kearah soal anak. Apalagi selama dua tahun pernikahannya dengan Nisa, belum pernah sekalipun Nisa hamil. Atau paling tidak telat datang bulan.
Di rumah kontrakan, Nisa baru saja selesai mencuci dan menjemur pakaian.
"Duh, Capek banget." Nisa melirik, sudah jam 11 malam, Bambang belum juga pulang.
"Kok gak diangkat. Mas Bambang kemana ya?" Istri mana yang tidak khawatir, Suami pergi sambil marah dan sampai jam segini belum pulang.
"Ya Allah, lindungi Suami hamba dimanapun berada. Jaga Suamiku dan lindungi Dirinya." Selayaknya seorang Istri pada umumnya, meski tadi sebal tapi saat Suami pergi hanya untaian doa yang terucap, begitupun Nisa yang kini sedang cemas mengkhawatirkan Bambang yang belum pulang hingga kini.
Sedangkan yang dikhawatirkan sedang asik berjoget, menikmati goyangan aduhai dari Sang Biduan.
"Eh, Mas Bambang, tumben nonton dangdut? Gak dicariin Istrinya?" Irma Si Biduan yang baru saja turun panggung menghampiri Bambang.
Tentu saja mata Bambang melotot hampir copot melihat body Irma yang aduhai dalam balutan gaun berwarna merah sangat mini dan ketat, dua buah melon segar milik Irma bergelantung besar, padat, sintal, menyembul, menantang birahi laki-laki yang memandang.
"Iya. Lagi iseng aja."
"Oh iseng. Emang gak ada yang diisengin dirumah Mas," Suara mendayu, gesture menggoda sengaja ditempelkannya dua melon super kenyal dilengan Bambang sambil digesek tentu saja bikin kepala atas bawah oleng.
"Eh, Neng Irma, kirain siapa? Iya tuh Bambang lagi BT katanya." Ledek teman Bambang yang mengajak dan kini semakin jadi kompor Sambil menaik turunkan kedua alis matanya.
"Oh, Mas Bambang lagi BT," Pikiran Bambang gimana gak semakin kotor, goyangan dada Si Irma sambil Bilang BT kok ya nantangin minta disedot! Eh, maksudnya gimana ya? Duh, cenut-cenut kan kepala atas sama bawah Bambang.
"Mas, sini yuk, Irma bisa kok, bikin BT Mas Bambang hilang!"
"Nah tuh Bang! Gas! Kapan lagi!"
Memang rayuan setan berbetuk manusia dan jangan lupa iman Bambang dan nafsunya setipis kulit salak bagian dalam, ya ikut lah digiring sama Si Biduan.
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri