NovelToon NovelToon
Bukan Bujang Desa Biasa

Bukan Bujang Desa Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kim99

“Menikahlah denganku, Kang!”

“Apa untungnya untukku?”

“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kapan Nikah?

"Jangan jangan Pak RT," gumam Satya. Bisa habis kalau yang memergoki mereka orang beneran. Apalagi, pejabat desa seperti Pak RT, misal.

"Bismillah." Satya baru saja menoleh, tapi seketika itu juga wajahnya menegang, mata menyipit menembus kegelapan. Sorot matanya terpaku pada sosok di antara kabut tipis kebun teh.

"A Satya? Kenapa diem aja atuh?" bisik Laras terdengar semakin ketakutan. Ia sudah menutupi tubuhnya dengan jaket, mendekati lelaki itu dengan langkah gontai.

Anehnya, Satya sama sekali tidak menoleh. Tubuhnya seperti membeku, matanya bulat menatap lurus ke depan.

"Aa!" Laras menarik lengannya. "Jawab aku atuh, kenapa? Ada apa?"

Saat Satya tidak juga merespon, pandangannya mulai mengikuti arah tatapan Satya. Dan di sanalah…. Sosok menyeramkan itu berdiri.

Seorang pria tak terlalu tinggi, lusuh, dengan jaket putih yang berlu muran dar ah, wajah garang yang memiliki mata besar melotot . Kumis tebal menambah kesan menyeramkan, sementara di tangannya ia menggendong kucing penuh da rah.

"Any ing Aa. Jurig, A. Jurig." Laras menjerit histeris, menggema di tengah keheningan malam, membuat burung-burung malam beterbangan. "Aa hayuk balik!" (Ayok pulang)

Satya yang semula mematung tersadar seketika. Tanpa pikir panjang, ia menarik lengan Laras.

Keduanya lari terbirit-birit, tanpa menoleh lagi, meninggalkan motor yang tadi mereka pakai dan di masukan di antara pohon teh. Sandal Laras bahkan terlepas, namun ia tak peduli. Satu-satunya yang ada di kepalanya hanyalah menjauh sejauh mungkin dari sosok menyeramkan itu.

Sementara itu, sosok yang mereka takuti justru terdiam sesaat sebelum akhirnya tertawa. Dia tidak tahan ingin tergelak saat menyadari betapa konyolnya kesalahpahaman itu.

Akan tetapi, tawa itu tak berlangsung lama. Ia menoleh ke langit. Bulan pucat sudah condong, malam semakin larut, dan hawa dingin semakin menjadi. Naluri ketakutannya bangkit lagi. Bulu kuduknya merinding.

"Alah siah, bisa-bisa aku sendiri yang dikejar hantu beneran kalo kelamaan di sini," gumamnya. Ia buru-buru meraih barang-barangnya, lalu ikut berlari, meski arahnya berlawanan dengan Satya dan Laras, tapi intinya, dia juga harus cepat sampai di rumah. "Ada-ada aja hidup. Tahu gini mending enggak usah pulang."

** **

"Pyuhh! Alhamdulillah."

Ketika akhirnya sampai di depan rumah, Naura menghela napas panjang. Nafasnya masih terengah, wajahnya memerah karena lelah berlari, tapi masih tersembunyi di balik topeng kupluknya. Ia mengangkat tangan, mengetuk pintu kayu rumah sederhana nan cantik itu.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum, Ibu ... Bu Nana pulang, Bu. I ... Buuuu."

Tak lama, pintu berderit terbuka. Ibunya muncul, mengenakan daster dan kerudung seadanya. Namun begitu melihat sosok di hadapannya, sang ibu langsung terperanjat hebat.

"Ya Allah!!! Astaghfirullaahhh!!" jerit ibunya sampai terjatuh ke lantai. "Ka-kamu manusia atau santan, eh setan?" pekiknya. "Rakaaaaa! Rakaaa!" pekik Bu Windi. "Raka tolongin ibu, Nak."

"Eh ari si ibu."

Belum sempat ia mendekat, adik laki-lakinya muncul dari dalam kamar. Pemuda yang sedang cuti kuliah itu kini ada di rumah. Begitu melihat sosok di pintu dengan wajah seram, jaket penuh bercak da rah, dan bayangan hitam menjulang, ia langsung menggelepar ketakutan, jatuh terjengkang ke lantai.

"Setan! Setan!!!" teriaknya sembari menutup wajah dengan bantal kecil yang tadi ia bawa dari kamar. "Pak RT, Pak RT!!!!"

"Hei! Shutt!" Naura sontak mengangkat tangan, buru-buru membuka kupluk hitam yang menutupi wajahnya. "Ibu! Raka! Ini aku, Naura!" Namun, kedua orang itu tampaknya masih sangat syok. "Ini aku, Naura, Nana. Anak ibu yang paling cantik sedunia." Ia tersenyum lebar tanpa dosa. "Lagian ini cuma topeng, salah siapa HP malah pada enggak aktif, mau minta jemput susah. Sebel."

Karena ocehan itu, mereka tersadar akan sesuatu. Iya, mereka tahu kalau itu Naura. Ibunya masih memegangi dada, napasnya tersengal, sementara Raka menatap dengan mata melotot.

"Astaghfirullah, Teh ... hampir jantung Ibu copot!" hardik sang ibu, masih dengan wajah pucat.

Raka ikut menunjuk masih setengah kesal, dan tangannya masih gemetar. "Teh! Astaghfirullah, sumpah tadi aku kira hantu! Muka kamu ditutup kupluk kayak gitu, terus darah-darah juga, siapa yang enggak takut atuh."

"Ya kalian aja yang penakut." Naura buru-buru menaruh tas, mencoba menenangkan ibu dan adiknya. "Aku bisa jelasin, Bu, Raka, tadi aku nolong kucing melahirkan. Ini darah kucing, bukan darah manusia. Tadinya juga mau aku biarin aja, tapi kasian kakinya udah nongol satu."

"Oh, nolong kucing lahiran, ya?" todong Bu Windi. Lalu mendekati Naura. Anak perempuannya itu mengangguk dengan senyum tipis, sama sekali merasa tidak bersalah. "Bagus, ya!" katanya sambil memukul lengan sang anak. "Ibu bisa kena serangan jantung gara-gara kamu, Nana!"

"Aduh, sakit, Bu!" Naura meringis, ia berusaha menahan diri. Tapi pukulan ibunya tidak berhenti juga. Bu Windi malah mengejar-ngejar anak pertamanya itu, Raka yang melihat hanya terkekeh. Sebetulnya dia kesal, tapi karena Naura sudah ada di sini, dia sangat senang.

"Ibu cantik, ibu Windi yang baik hati dan enggak sombong, udah, Bu. Aku capek ih ...."

Tak lama kemudian, amarah sang ibu mencair. Ia meraih tubuh Naura, lalu memeluknya erat sambil terisak pelan. "Alhamdulillah kamu pulang, Nak. Ibu kangen sama kamu."

"Aku juga kangen sama Ibu."

"Sama aku enggak?" tanya Raka cemberut.

Naura langsung terkekeh dan menghampiri adiknya. "Ucuk, ucuk, ucuk." Ia memainkan dagu sang adik. "Dek Raka udah gede, ya."

Plak!

Dengan tangan tak berdosanya Naura menepuk pantat Raka.

"Tetehhhh!" Pemuda itu menatap jengkel Naura, yang ditatap malah semakin tertawa.

"Udah, jangan banyak protes. Itu, tolong urusin anak kucing yang aku bawa. Kasih susu. Jangan nolak." Ia mengatakan itu sambil menunjuk meja.

"Apa?! Aku?!" Raka menatap jijik ke arah bayi kucing itu. "Teteh pikir, aku dokter hewan apa gimana?"

Tatapan tajam Naura membuatnya langsung bungkam. Ia mengangkat kedua tangan menyerah. "Iya, iya, iya! Aku nurut, jangan galak-galak, atuh. Nanti cepet tua!"

"Ih banyak cincong, udah sana!" kata Naura sambil mendorong punggung adiknya.

Ibunya kemudian menutup pintu, lalu berjalan ke dapur. "Na, duduk dulu. Ibu bikinin teh panas. Badanmu dingin begitu, jaketmu juga kotor semua, lepas aja. Besok biar ibu cuci."

"Buang aja lah, Bu. Bekas darah kucing juga. Enggak bakal ilang darahnya."

"Ilang, kalau sama ibu pasti bersih."

Kepala Naura terangguk, lalu ia melepas jaket penuh noda itu lalu menaruhnya di kursi. Mengingat kejadian tadi, Naura mendesah panjang, kemudian menghampiri ibunya, memeluknya dari belakang.

"Ternyata jadi orang dewasa capek ya, Bu."

Sang ibu tersenyum tipis, meski matanya masih basah. Satu tangannya mengusap punggung tangan Naura yang ada di atas perut.

"Teh, kamu tahu kan, kemarin sore keluarga Satya datang lagi. Mereka membicarakan rencana pernikahanmu sama Satya. Kalian tunangan udah satu tahun, Aki-nya Satya udah enggak sabar mau nikahin kalian."

Pernyataan sang ibu adalah pernyataan yang dia tunggu-tunggu, jelas sebelum dia tahu boroknya, Satya. Namun sekarang, dia juga tidak tahu harus bagaimana.

"Jadi Ibu bilang apa?" tanya Naura.

"Belum ibu jawab, mangkanya ibu nanya kamu dulu. Kamu siapnya kapan? Kalau keluarga Satya, katanya bulan depan juga siap, soalnya, Minggu ini Mamang-nya Satya yang mau nikah. Jadi gimana? Teteh siapanya kapan?"

1
Attaya Zahro
pengantin wanitanya ganti lagi..bukan Nanda tapi Laras..
juwita
thor bu windi jgn ky bu azizah yg lbh sayang sm anak tiri dr pd anak kandung
Meliandriyani Sumardi
pasti laras mau minta tanggung jawabnya satya...nanda gigit jari nih🤭...lanjut kak
iqha_24
gagal niih
neny
aduuhh nau,,eta knp orang teh ngegosipin km kyk gtu,,kurang gawean jiga na nyak🤣🤣
lanjut lah kak othor,,💪🥰
Piet Mayong
wah pamor Bu bidan jelek ya di kampungnya, trus ngapain selama ini kamu nebar kebaikan terus nau????
resiko anak cantik ya Nau JD gerak dikit JD tontonan...
😄😄😄🤭
Eka ELissa
aduh ksian kmu Nau moga GK kbur Nau cumn lgi beresin mslh aj
Eka ELissa
TPI lok yg bunuh Nanda jht bgt dia ..😡😡😡😡
Attaya Zahro
Perasaan sedang sedih malah ditambah ada kompor mbleduk 😅😅😅
iqha_24
up lg dong kk, kurang bacanya
Ayesha Almira
siap2 Naura ngeluarin tanduk
Nurlaila Elahsb
yah sedih lagi kan si enau!!kira kira siapa ya yang bakalan jadi sasaran kemarahan si Eneng nau??
Eka ELissa
yg bunuh spa Nau...
Nanda kah... entah lah hanya emk yg tau ..
neny
nah loch,,jno c mochi dan mocha mati,,siapa yg membunuh nya,,lanjut akak💪🥰
iqha_24
waduuh siap2 nii Nau ngamuk
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kasihan😥😥😥
neny
wkwkwk,,nau eta sagara dibere lamotan km,,eeh meuni kacidaa🤣🤣,,
neny: wkwkwk,,leureus eta kak,,jampe na nya eta🤣🤣
total 3 replies
Kaylaa
siapa lagi itu..
teman apa lawan 🤔
juwita
Dirga saha thor🤣🤣
juwita
jorok ih Naura masa kang saga di bere urut di lamotan🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!